Thursday, March 29, 2012

Cerpen Cinta Remaja - Terowongan yang tak Berujung

TEROWONGAN YANG TAK BERUJUNG
Cerpen Haniswita

Dengan langkah lelah,ku lempar semua perlengkapan sekolahku.Ku lirik
jam biru kesayanganku.Lima menit lagi jarum pendek menunjukan jam delapan malam.Untung saja dua shalat wajib telah ku laksanakan sebelum pulang.Sekarang ku biarkan diriku dibasahi oleh tetesan-tetesan air bening.Tak butuh waktu lama bagiku untuk melakukannya.Lima menit kurasa cukup.

Kini,kurasakan kesegaran mulai menjalari tubuhku.Ku biarkan diriku berbaring sambil menatap langit-langit kamar yang mulai tak terurus lagi olehku.Tiba-tiba saja air mataku mengalir.Aku tak mengerti.Tapi ku biarkan semuanya terjadi.Aku tak sanggup lagi untuk membendung air mata ini.
“Tiwi,makan bareng yuk!”tawar mama padaku.
“Tiwi,dah makan kok ma,”jawabku agak kasar.Tapi batinku segera berontak.Kapan aku makan?Aku berbohong pada mama.Tidak.Kenapa aku seperti ini?

Suara mama sudah bergabung dengan anggota keluargaku yang lain.Keharmonisan tergambar dari suara mereka.Kini  kesepian kembali menemaniku.Tiba-tiba mataku melirik sebuah buku biru yang terletak tak jauh dariku.Itu dia sahabat setiaku.Tempat semua curahan isi hatiku.Yang tak pernah bosan barang sedikitpun untuk menyimak kisah-kisah hidupku.Ku gerakan tubuhku untuk meraih buku itu.

Ku kumpulkan tenaga untuk membuka buku biru itu.Ku balik setiap  halaman yang telah penuh dengan goresan bolpoin.Ku hentikan pencarianku pada satu halaman yang masih bersih.Ku ambil sebuah bolpoin dari dalam ranselku.Tapi,apa yang akan ku tulis?Tiba-tiba keraguan singgah di hatiku.

Cukup lama aku terdiam.Kini,ku biarkan tangan ku bergerak bebas.Dan dapat ku lihat dua kata terukir indah pada bagian buku itu.Ku baca kata-kata itu dengan penuh perasaan.
“Dear diary,”ucapku pelan dengan sedikit tersenyum.

Cerpen Cinta Remaja - Terowongan yang tak Berujung
Kembali aku terdiam.Bibirku yang tadinya sedikit tersenyum kembali mengatup.Kurasakan mataku mulai berkunang.Baru ku sadari malam minggu kembali menyapaku.Oh Tuhan,aku benci malam ini.Tapi tak bisa ku pungkiri,aku begitu merindukan malam ini.Malam yang telah menggoreskan suka dan duka di hatiku.Segera ku tulis,2 Oktober 2010.

Empat minggu sudah berlalu tanpa kasihnya.Dengan air mata yang masih mengalir,memoriku kembali memutar kejadian empat minggu yang lalu.Di malam yang sama dan pada jam yang sama.Saat itulah matahariku pergi meninggalkanku.Untuk yang kesekian kalinya,aku terdiam dalam sepi.
Tiba-tiba deringan handphone mengubah keadaan.Segera aku berjalan kearah benda merah yang dulu pernah menjadi bagian dari hidupku.Tertulis nama Indah di layar handphoneku.Ku angkat telpon dari si penghancur kebahgiaanku dengan hati bertabur dendam.
“Hai Tiw,”sapanya riang tanpa dosa.

Tapi,haram bagiku untuk menyahut perkataannya.Ku biarkan suara setan itu berceloteh riang di telingaku.
“Aku tau kamu mungkin masih marah padaku.Tapi aku tulus mau minta maaf.Please Tiw.Ku mohon maafin aku ya.Semoga kamu ngedenger ketulusanku.Night Tiw.”
“Persetan dengan maafmu.Dasar iblis.Biadab kau.Kau pikir kau bisa mengembalikan Fahmi?Dasar cewek munafik.Kau rebut kebahagiaanku,”makiku pelan setelah telpon ku tutup.

Di luar sana hujan turun dengan deras.Persis sekali dengan kejadian saat itu.Teng tong.Jarum pendek beranjak ke angka sepuluh.Ya.Mungkin ini saat yang tepat untuk mengenang semuanya.
*****

Pagi itu,2 September 2010.Setiap siswa di sekolahku sibuk dengan buku masing-masing.Wajar saja bagi siswa kelas tiga SMP sepertiku,sering berhadapan dengan berbagai bentuk ujian.Hari ini aku harus berhadapan dengan setumpuk soal bahasa inggris.Tak sulit bagiku untuk menyelesaikannya.Kurasa sepuluh atau lima belas menit semua soal akan terjawab.Akan tetapi semua keyakinanku kandas saat setan berjubah malaikat mengabarkan sesuatu padaku.
“Ceria amat Tiw,”sapa Indah pagi itu padaku.
“Ge seneng ja kok,”balasku sambil tersenyum.
“Aku yakin pasti karna Fahmi.”
“Yo i.Siapa lagi kalau bukan dia.”
“Howhowhow.Tapi hati-hati lho neng!Bisa jadi dia cuma manfaatin kamu.”
“Maksudnya?”tanyaku penuh kecurigaan.   
“Duch…….Kok nggak ngerti juga sich?Gini lho Tiwi sayank.Ehm….Gimana ya?”
“Apa?Ayo cerita!”desakku.
“Janji ya jangan marah.”
“Janji,”ucapku dengan mantap.
“Kamu pernah nggak malam mingguan bedua ma Fahmi?”
“Pernah.Tapi bareng temen-temen.Emangnya kenapa?”
“Fahmi pernah lho malam mingguan bedua ma Rima.Kamu boleh percaya atau nggak ma aku.Yang jelas aku denger sendiri semua dari Rima.Dan menurut Rima,sepertinya Fahmi naksir tuh ma Rima,”tutur Indah dengan wajah serius.

Ku daratkan sebuah pukulan keras ke mejaku.Marah,sedih,kecewa semua berbaur menjadi satu.Ku tinggalkan Indah yang masih terdiam.Tanpa pikir panjang ku cari Esti sahabatku.
“Kamu kenapa Tiw?Kok nangis?”Tanya Esti panik.
“Fahmi pembohong.Dia nggak cinta aku.Dia cinta Rima,Ti.Ternyata semua cowok sama aja.Playboy!Trus,Indah bilang Fahmi pernah malam mingguan bedua ma Rima.Coba kamu bayangin.Sakit,Ti,”rintihku pada Esti.
“Aku nggak yakin Fahmi ngelakuin hal bodoh semacam itu.Aku kenal dia Tiw.Aku yakin ini semua cuma cara untuk misahin kalian.”
“Nggak.Dia sayang Rima.Dia cinta Rima,”teriakku.

Teeeeeeet.Semua siswa segera berlari ke kelas masing-masing.Beberapa guru tampak siap menghadapi tugas mereka hari ini.Mau tak ma aku harus masuk ke kelas.Dengan langkah gontai dan mata sedikit sembab aku berusaha mencari tempatku.Kini aku tak yakin bisa mengerjakan semua soal itu dalam waktu lima belas menit.

Lain halnya dengan Esti yang segera berlari mencari fahmi setelah ku tinggal pergi.Ia temukan Fahmi sedang bercanda ria dengan teman-temannya.Tanpa pikir panjang,langsung saja Esti melabrak Fahmi.
“Sumpah Ti.Aku nggak da perasaan khusus ke Rima.Dan aku juga nggak pernah malam mingguan ma Rima.Ini fitnah Ti.Please percaya aku.Yang aku sayang cuma Tiwi.Nggak da yang lain.”
“Oke.Aku percaya kamu.Tapi kamu harus buktiin ke Tiwi kalau kamu nggak salah.Semoga berhasil sob.”

Dua puluh lima menit sudah berlalu.Hanya 17 soal yang yang baru ku jawab.Sedang 33 soal lagi tak tau akan ku apakan.Oh Tuhan!Aku mulai kacau sekarang.Teeeeeeet.Segera pengawas ujian merebut lembar jawabanku.Tak ada yang bisa ku perbuat.Pasrah.Terbayang olehku wajah mama yang selalu berharap penuh padaku.
“Maafin Tiwi ma.Tiwi dah ngecwain mama,”desisku pelan sambil mengemasi peralatan tulisku.

Sesampainya di rumah,ku dobrak pintu kamarku.Segera ku cari handphoneku.Dengan gerakan jari yang lincah,ku tulis sebuah SMS untuk Fahmi.

Q tanam cinta tak dihargai
Q tanam sayang disakiti
Begitu juga dengan rindu ikut dikhianati
Tdk adakah sdkit rsa dihatimu
u/ m’balas smw perasaanQ….?


Ku kirim SMS itu dengan kekecewaan.Selang beberapa detik,datang beberapa SMS dari Fahmi.Berbagai penjelasan ia jelaskan padaku.Akan tetapi,aku terlalu percaya pada perkataan Indah.Sampai pada puncaknya,ku matikan handphoneku.

Berhari-hari aku mengurung diri.Selama itu aku hidup dalam kepedihan dan kekecewaan.Dan malam itu,4 September 2010,sekitar jam 10 malam,semua berakhir karna kemunafikan.

Tiiiiiiiiit………..Tiiiiiiiiit……….Tiiiiiiiiiit……….
“Hallo.” Ku dengar jelas suara Fahmi di seberang sana.
“Hallo,”balasku kaku.
“Knapa?”
“Bagaimana dengan hubungan kita?Lanjut atau tidak?”tanyaku to the point.
“Kamu siap menerima keputusanku,Tiw?”
“Insyaallah,”jawabku mantap.
“Ku rasa,kita cukupkan saja semua sampai disini.Maafkan aku Tiw.Ini yang terbaik.”

Kurasakan kedua bola mataku mulai berkunang mendengar keputusannya.Tidak.Aku tidak boleh terdengar lemah olehnya.Sejenak aku terdiam.Tak percaya dengan semua ini.
“Hallo Tiw?”tanyanya memastikanku baik-baik saja.
“Ya.Tak perlu meminta maaf.”
“Aku yakin di luar sana masih banyak cowok yang lebih baik dari ku.”
“Aku tau,”terdengar agak kasar menurutku.
“Syukurlah Tiw.”
“Oke,masalah kita sudah selesai.Aku harus tidur.Sampai besok.Malam Fahmi.”
“Malam.”

Klik.Berakhir sudah pembicaraanku dengan kekasihku.Bukan.Mantan kekasih maksudku.Tiba-tiba hujan turun dengan deras.Seakan malam memihak padaku.Aku tak menyangka ini semuakan terjadi.Tiba-tiba sebuah pesan baru masuk ke handphoneku.Ternyata Indah.Ku baca SMS darinya dengan seksama.

Sebelumnya Q mnta mf tiw.
Perkataan ku tempo lalu hanya rekayasa.
Q ngelakuin t smw demi Gilang.
Q banyak bhutang pdnya.
Skrg Q ingin Qm dan Gilang bsatu.
Lupakan Fahmi.OK.


Tangisku meledak.Ku banting handphone kesayanganku.Aku menyesal.Tapi apa dayaku.Semua telah terjadi.Dan cintaku telah pergi karna kebodohanku.
“Maafin aku Fahmi.Maafin aku sayang,”ucapku terbata-bata pada diri sendiri.

Ku pungut handphone yang tadinya ku banting.Segera ku pencet nomor yang tak asing lagi bagiku.Ya,Esti.Semoga dia mau membantuku.Tapi semua harapanku kandas, saat ku ingat kata-kata Esti barusan.
“Kamu bodoh Tiw.Bukannya sudah ku katakan dari awal itu semua hanya cara untuk misahin kalian.Sekarang tanggung sendiri akibatnya.Aku nggak mungkin ngebantu kamu lagi.Aku pastikan nggak kan ada lagi cowok sebaik Fahmi.Kamu dah nyia-nyiain dia Tiw.”

Kini aku sendiri.Matahari dan pelangiku telah pergi.Mungkin untuk selamanya.Yang satu penerang dalam hidupku dan yang satu pemberi warna untuk hidupku.Aku tak tau harus bagaimana.Ku benamkan kepalaku ke bantal untuk menahan kepedihan ini.Sesaat,aku mulai menyalahkan Tuhan atas kejadian ini.Aku benci Tuhan.Tuhan tak pernah adil padaku.Kenapa dia mengambil orang-orang yang ku sayang?Apa kurangku selama ini padaNya?
“Astagfirullah.Setan apa yang telah merasukiku?”batinku pada diri sendiri.

Disaat yang sama luka itu kembali terbuka.Menghamburkan semua kenangan ke dalam ingatanku.Sungguh indah.Tak bisa ku pungkiri,aku masih menyayanginya.Tidak.Aku harus buang perasaan ini.Tapi,sulit bagiku melakukannya.Tolong aku Tuhan!
Sekolah kembali memanggil siswanya untuk beraktivitas.Ku rasakan perubahan drastis pada diriku.Aku bukan lagi Tiwi yang selalu bersemangat menghadapi segala tantangan dengan senyuman.Aku adalah Tiwi yang tak bersenyum karna luka yang tak berdarah.Aku tak pernah lagi serius dengan pelajaranku.Kini aku lebih sering mengandalkan jimat-jimat saat ujian.Aku juga sering mengerjakan berbagai tugas rumah di sekolah.Waktuku habis untuk merenung dan merenung.Sekarang aku benar-benar hancur.Berantakan.Takkan ada lagi kisah yang bisa ku banggakan.Karna penyemangatku telah pergi.Mungkin untuk selamanya.
*****

Ku hapus air mataku.Di luar sana hujan masih turun bersama perasaan yang tak bisa ku jelaskan pada diri sendiri.Ku peluk boneka bear hadiah ulang tahun dari adikku.Aku tersesat dalam terowongan perasaan ini.Gelap dan sunyi.Tertatih-tatih aku bangkit mencari jalan keluar.Sendiri.Tanpa matahari,tanpa pelangi.Aku benci ini.Aku harus temukan jalan keluarnya.Tapi dimana?Kemana aku akan melangkah?Apakah aku harus mencari matahari lain?Kurasa tidak.Aku terlalu mencintainya.Yang ku inginkan hanya dia.Tapi,apakah dia masih merindukanku?Aku tak tau.Hanya saja,aku tak pernah berhenti berharap agar masa-masa itu kembali ke pangkuanku.

Aku hanya bisa menatapnya di dunia mimpi.Ingin rasanya ku jemput ia dari dunia mimpi dan menatap puas dirinya di dunia nyata dengan segenap cinta di hatiku.Tapi mustahil semua itu ku lakukan.Semua hanya anganku yang berlebihan.Hanya satu pintaku  pada Yang Maha Kuasa.Biarkan rasa ini abadi untuk slamanya.Agarku bisa mengenang dirinya sampai waktu menutup kisahku.
Ku pandangi sahabat kecil di depanku.Masih banyak yang belum terisi.Ku gerakkan tanganku dengan cepat.Terukir beberapa tulisan.Ku baca tulisanku dari awal hingga akhir.

2 October 2010
Dear diary
My love have gone with the hurricane.And I know,time is over for me.But,I am still loving you.My heart never change.Just for you.Because,I love you so much.

Ku tutup diariku.Ku rebahkan tubuhku ke pembaringan.Ku biarkan diriku diselimuti keangkuhan malam.Aku pasrahkan semuanya pada sang waktu.Ku relakan diriku untuk disambut kepedihan hari esok.

PROFIL PENULIS
Nama : Haniswita
FB : haniswita d'wieloucaver
Sekolah : MAN 2 Payakumbuh

Baca Juga Cerpen Remaja dan Cerpen Cinta yang Lainnya.

Ditulis Oleh : Unknown Hari: 12:15 AM Kategori:

0 comments:

Post a Comment