TUHAN YANG SEKARAT
Cerpen Qaem
Gelas di atas meja itu sepertinya baru di letakkan. setiap masuk ke kamar remang ini, asap susu hangat membumbung tinggi mengganti aroma hambar ruang yang hanya memiliki satu jendela menghadap ke salokan besar tempat ibu-ibu mencuci makanan keluarganya, dan tempat anak-anak melarikan jiwa liarnya di setiap arus kanal yang berwarna hijau.. meski gelas itu tak pernah terjamah oleh satu-satunya penghuni kamar ini, kecupan di bibir gelas tak pernah terjadi, tetap, suster manis itu setia menyediakan susu tiap malam.. lalu paginya di ambil kembali, dan malamnya gelas itu di letakkan di atas meja lagi dengan susu segar yang paginya akan di buang lagi..
"gimana berkembangan ayah ku?"'
"hemm.. dia msih seperti dulu, saat kau membawanya kesini dengan penuh kebingungan, matanya selalu sayu, bibirnya kian melengkung, namun tak lelah ia mengucapkan kata-kata itu
"aku sudah tua.. aku sudah tua.."
Tiap siang aku sudah terlalu lelah menjalankan tiap aktifitas ganda q.. berkutat dengan desertasi yang empat tahun telah ku kerjakan, namun terasa selalu ada yang kurang dengan tiap analisis yang kulakukan, data-data yang telah terkumpul seolah melayang-layang pada batas realitas yang kini aku sendiri tertodong olehnya.. "neurashthenia" dengan gejala yang sama sekali berbeda dan penyebab yang sama sekali tidak bisa di selidiki atau bahkan bisa dibilang tidak ada.. jika seseorang yang selama ini, tak pernah depresi, tak otoriter dalam keluarga, malah selalu membantu anaknya mengerjakan pr matematika dan mengajaknya berlomba lari tiap sore dan menjalin hubungan yang harmonis dengan handai taulan dan rekan kerjanya.. tiba-tiba, saat berlari mengejar putrinya yang telah melesat sangat jauh mendahuluinya, menjerit ketakutan, lalu tersungkur dengan kaki yang seakan patah, menangis dan merasa kematian akan segera menjemput… kejiwaan yang tak seharusnya tertimpa bagi orang yang selalu ceria, lalu dimana salahnya??.. untuk masalah ini, disertasi yang telah tersusun rapi seakan berantakan, pengamatan ku seolah di perhadapkan pada sisi gaib yang hanya Tuhan yang Tahu.. tapi pekerjaan ini tak bisa ku hentikan, karena tidak hanya rasa penasaran dan cinta ilmu pengetahuan yang membuat ku bersikeras menyelesaikannya.. ada hal yang lebih penting. Sesuatu yang selama 23 tahun ini kurindukan dan ku usahakan memunculkannya kembali pada seorang yang telah membuat ku menjadi tangguh seperti sekarang ini. Dan juga, ternyata menjadi dosen terbang untuk jurusan kejiwaan menyedot setengah dari tenaga dan perhatian ku, maka lelah tak pernah lepas dari keseharian, bahkan jika tersedia pesawat jet yang siap membawaku menembus waktu.. tetap lelah selalu meminta salah satu sisi paha ku untuk di pangku.
Tapi lelah tak bisa menahan badan dan menyeret kakiku untuk masuk kedalam kamar lalu berbaring diatas ranjang bergambar hamparan lahan gandum, sehingga seakan merebah badan diantara beribu belaian daun-daun yang menguning berselimut langit senja.. dan dengkuran keras tak lagi malu untuk ditahan.. yah.. lelah akan selalu kalah jika malam sudah Sepertiga menusuk jiwa-jiwa yang hendak mempersembahkan diri mereka di altar mimpi tempat dunia khayal menari dan merobek getir kehidupan nyata yang menyayat jika terngiang. Dan juga buat q, Malam hanya menjadi bayangan di batas kamar, yang di dalamnya ada gelas terisi sus segar terletak di atas meja, gelas yang tidak pernah terjamah oleh penghuninya.. penghuni yang sangat suka dengan nyala lampu remang dan takut akan kematian, penghuni yang menghabiskan waktunya dibawah ranjang sambil memegang beberapa butir suplemen di tangan kirinya, dan tasbih di tangan kanannya..
"kemari gadis kecil ku.. tutup segera pintu itu, sudah beberapa bulan ini, kematian duduk di bangku depan kamarku.. jangan.. jangan biarkan masuk..!!!"
Aku ikut merebah di bawah ranjang, menatap lamat-lamat pada wajahnya yang tak pernah lepas dari ekspresi gelisah ketakutan
"sudah kah.. kau makan hari ini ayah..??"
"tentu saja.. makan adalah cara kuno yang ampuh agar kita terhindar dari kematian"
"hemm mari kita jalan-jalan.. pemandangan malam hari akhir-akhir ini lebih indah dari sore hari saat engkau mengajak ku ke taman melihat kupu-kupu yang berpacaran dengan mawar"
"sudah gila kau..!!! kematian masih terus mengintai ayahmu..!! matanya tak pernah terpejam.. aku heran juga padanya.. tak pernah sekalipun ku lihat ia makan, atau minum.. tapi masih kuat betul ia mencoba mengambil jiwa ku..!!
"sudah ku katakan.. kematian telah ku tikam dari dulu saat dia mencoba mengait kakimu di taman sana.. tikaman ku membuat ia tak bisa bernapas barang sejenak ayah..!! karena pisau ku merobek kening hingga tertembus di belakang kepalanya..!!!"
"tidak.. tidak..!! jangan kau bohongi lagi ayah mu ini.., kau masih sangat belia ketika itu.. bahkan menyuapi dirimu sendiri tanganmu masih gemetar..!!"
"Kau yang membohongi dirimu sendiri ayah.."
Setetes air mengalir pelan dari sudut mata.. dan sekejap tersapu oleh lengan baju
"tidak kah kau bosan ayah.. tertengkup di bawah ranjang ini tiap saat..?? kenapa tak kau sentuh susu segar itu..? atau lihatlah keluar jendela sana.. ada banyak wanita yang sedang tertawa melihat anak-anaknya berenang meniru gaya kodok sedang terapung…?"
"aku akan bosan disini, kalo kematian pun telah bosan.."
"dia sudah bosan ayah..!! dia sudah bosan melihatmu menuduhnya sejak 23 tahun yang lalu..!!"
Aku sedikit membentak padanya.. wajahnya ia jauhkan dari pandangan ku.. lalu berpaling disisi yang lebih gelap dari ranjang itu.. dan mulai terisak.. berirama dengan gemuruh dada ku
"maafkan aku.."
"tidak kah kau sayang pada ayahmu yang sudah tua ini nak?"
"aku tidak akan menemanimu tiap malam di bawah ranjang yang pengap ini jika tak menyayangimu yah.."
"aku sudah tua.. aku sudah tua.."
"dan aku rindu pelukanmu yah.. aku rindu tangan mu yang menuntun tangan ku membuat angka delapan.. aku rindu wajah mu saat mengajarkan rumus bangun ruang.. aku rindu saat dimana aku bisa mengalahkanmu berlari.. aku rindu semangatmu.. aku rindu ceriamu.. aku rindu sayangmu… apalagi saat ini.. ibu telah tiada"
Kali ini giliran ku yang menangis tak tertahan. Sambil terus membelai ubannya yang semakin sedikit, memperlihatkan kulit kepalanya yang hampir terkelupas..
Ia lalu membalik kembali wajahnya pada ku..
"itu karena ibu mu tak mau mendengar perkataan ku..!! sudah berulang kali ku katakan padanya bahwa kematian selalu mengintai rumah kita.. tapi ia tak mendengarku malah menganggap ku gila dan menangis, memohon aku untuk berhenti berbicara tentang kematian..!! ia tak mau berkerja sama.. ia tak mau mengikuti ku sembunyi di bawah ranjang,, maka matilah ia di tarik kematian.. itu sebab kesalahannya sendiri..!!
Mukanya menegang, memperlihatkan keseriusan.. sebenarnya, aku tidak suka ayah berkata seperti itu.. sebab jika bukan karena kelakuannya yang aneh saat itu, mungkin saja ibu tak harus murung dan berpikir keras bagaimana agar suaminya bisa kembali normal.. tanaman-tanaman yang tiap mentari menyambut, setia ia temani dengan siraman, tak lagi ia pikirkan hingga layu mati diterbangkan oleh angin bersamaan dengan semangat hidupnya yang sirna, hingga kulitnya keriput melampaui umurnya..dan beliau merasa lebih tenang jika kembali di dalam tanah…
"janganlah seperti itu yah.. ibu sangat sayang pada kita… lagi pula sekarang aku disini.. aku percaya padamu.. aku akan bekerja sama denganmu.. tapi sampai sekarang kau msih belum memberitaukan ku seperti apa rencana kita membunuh kematian??"
"ia terlalu kuat.. dan aku sudah tua…"
"biarkan aku yang membunuhnya.. ayah tinggal memberitaukan bagaimana caranya"
"tidak.. kau masih kecil.. bisa-bisa kau yang ditarik olehnya…"
"ayah… gadis kecilmu sekarang sudah tumbuh menjadi gadis yang besar dan kuat.. kau tahu.. tiap pagi aku sendiri yang menyapu pekarangan rumah kita yang luas.. aku sendiri yang mengangkat gallon dari tempat pengisiannya.. dan umur ku saat ini sama dengan umurmu saat kau masih bisa mengalahkanku berlari.. aku sudah siap membunuh kematian untuk mu.."
"tidak.. tidak… kematian tak bisa dibunuh.. dia Cuma bisa diusir"
Pandangannya melihat sisi lain dari sudut ranjang.. pikirannya berputar mengais-ngais data yang tersimpan di memori ingatannya.. tiba-tiba ia mencengkram kedua lenganku.. mata nya menyala bersemangat
"aku harus kembali muda..!! ia sudah ku katakan.. aku harus kembali muda..!! nak.. sudah kau lihat obat yang bisa membuat muda?.. atau suplemen apa saja. Atau terapi agar daya tahan tubuh kembali seperti saat kita memasuki remaja.. tolonglah nak.. terapi dengan magnet yang kau ajarkan kemarin kurang manjur.. lihat… rambut ku tetap berubah putih dan mulai berguguran..!!
Cengkramannya mulai ku lepas dengan pelan.. lagi..lagi.. dia meminta hal mustahil yang sama.. saat seperti ini, aku mulai keluar meninggalkannya, tapi untuk malam ini tidak.. akan ku selesaikan hingga ia sendiri yang mengalah atau tertidur dengan logika-logikanya yang tak masuk akal
"ayah… semua orang akan tua.. setiap benda akan rapuh.. dengan cara apapun mencegahnya tidak ada yang bisa lari dari ke-usang-an.. itu sudah kehendak alam.. itu sudah kehendak tuhan..!!" begitu pula dengan kematian.. aku pun nanti akan mati , ibu mati juga karena sudah saatnya mati.. meski ayah tinggal disini buat selamanya.. tetap mata ayah akan rabun.. kulit akan keriput, tubuh akan lemas, pembuluh darah akan menyempit, nafas mulai tersengal… dan kematian pasti datang.. meski ayah sedang di bulan… ini sudah kehendak Tuhan..!!"
"jangan sekali-kali kau bicara tuhan..!!! dia itu sesuatu yg tidak ada..!!! tidak ada yang namanya tuhan..!! manusia sudah cukup kuasa untuk mengurus dunia ini tanpa tuhan..!!! hal ini sudah ku ajarkan padamu semenjak kecil..!! dan kau berani menyebut-nyebutnya sekarang…??!!! Apa yang menyebabkan mu bisa percaya dengan tuhan…!!"
Matanya melotot.. air liurnya muncrat menampar-nampar wajahku yang ketakutan.. baru q ingat.. ternyata ayah ku anti tuhan.. dari dulu,, dia tidak percya tuhan.. tapi ku beranikan diri untuk tetap menatapnya.. meski air mata ku kembali meleleh
"karena aku percaya tua itu pasti.. mati itu pasti.. dan manusia lemah terhadapnya.. manusia tidak ada apa-apanya, kepintaran yang ayah banggakan, kekuatan yang ayah andalkan tidak sanggup menghalangi ketuan dan kematian bukan..? lalu siapa yang membuat kematian dan ketuaan? Manusia kah??.. kalo begitu kenapa manusia tidak sanggup menghentikan sesuatu yang ia ciptakan sendiri?.. jikalau ini system.. kenapa tidak ayah pikirkan dengan kepintaran yang ayah miliki, siapa yang membuat system ini..?? karena tentunya ayah yang mengandalkan kepintaran, tidak menerima ada system yang terjadi secara kebetulan, ya..kan.. ?? kenapa pula ayah memegang tasbih itu.. ayah takut mati kan?.. dan pada akhirnya ayah meminta perlindungan pada sesuatu yang ayah sendiri katakan hal itu tidak ada??"
Aku menatap ayah ku dalam-dalam.. mencoba menjejaki tiap pikiran yang sekarang bermunculan dari wajah ayah yang termenung.. sambil menahan tangisku.. kembali aku memohon dengan tatapan yang iba.. agar ia kembali sadar bahwa kematian tidak lah hanya mengintainya.. tapi mengintai semua manusia.. lama ia termenung .. ia kembali membelakangi ku.. dan tangisnya pecah..hingga badannya gemetar hebat meski gelap menyelimutinya
Saat derai tangisnya memecah hening kamar itu.. aku tersentak,, seakan tersadar dari hal yang ternyata begitu dekat.. hal yang telah ku analasis selama ini, dan kini kudapatkan dibawah ranjang bersama seorang ayah yang mengidap kelainan jiwa " neurashthenia" yang tidak di ketahui sebabnya.. tapi kini aku paham.. paham dengan sangat..!! tidak ada yang namanya kebetulan, tidak ada yang datang begitu saja.. seperti penyakit yang menyerang ayahku.. Tuhan..!!! ya.. penyebabnya adalah Tuhan…!!! Ayah ku tidak percaya Tuhan.. bukan..bukan.. tidak seperti itu.. persisnya, Tuhannya adalah akal, sifat kuasa yang disandang Tuhan, ia sandingkan dengan akalnya sehingga akalnya adalah Tuhan..!! namun disaat akalnya jatuh di jurang yang ia tak bisa lewati.. maka jiwanya berontak mempertanyakan legalitas akal sebagai Sang maha kuasa.. sang Tuhan sejati.. saat akalnya berpikir tentang kematian dan segala akibatnya.. akalnya sendiri tidak bisa membuatkan jalan keluar dari masalah kematian.. maka jiwanya gelisah dan mulai menuntut akal yang dijadikan Tuhan.. tapi tetap akal tak bisa memberikan jalan keluar.. pada akhirnya akal secara otomatis memproyeksikan kematian adalah sesuatu yang bisa dihindari.. namun lagi-lagi jiwanya tak bisa menerima karena menghindar bukan menyelesaikan masalah.. maka jiwanya labil.. jiwa ayah ku labil dan dari kesadaran jiwanya sendiri dia mencari zat yang tak dinalar namun selalu ada, yang bisa berkuasa, yang tak bisa diperintah yang dengan sendirinya di sebut Tuhan.. tasbih itu sebagai bukti pencarian jiwanya.. dan ketidaktahuannya menjadi kenyataan bahwa kesadaran Tuhan sejati belum menjadi kesadaran akal tapi masih sebatas kesadaran jiwa yang memang butuh Tuhan dengan sifat kuasanya..
"pergi nak… kurasa kau menemukan sayang yang melebihi sayang ayahmu.."
Dengan suara isaknya ia tetap membelakangiku..
"iya.. aku akan pergi, tapi tidak akan meninggalkanmu.. kau sendri yang mengatakan bukan.. cobalah peduli pada semua, meski sayang mu tak bisa merangkul semuanya.. dan kini akan ku kenalkan kau pada rasa sayang yang bisa merangkul semuanya dan membuat tenang dari segala hal"
Aku lalu melangkah pergi.. mata ku masih sembab, namun hati ku kini merasa tenang.. segera saja ku temui suster yang merawat ayahku
"suster.. trima kasih atas semuanya.. malam ini aku ingin membawa ayah ku pulang"
"dia sudah sembuh?"
"tidak.. dia lebih parah dari yang ku kira.."
"lalu ap yang membuat mu ingin membawanya pulang?, kau putus asa?"
"tidak..tidak.. justru aku makin bersemangat dalam semua hal tentang ayahku.. karena ktika dia sembuh.. maka ayah akan lebih sadar dari diri ku sendiri.."
"aku masih belum mengerti..?? dengan apa kau menyembuhkannya"
"akan ku kenalkan Tuhan padanya.."
"gimana berkembangan ayah ku?"'
"hemm.. dia msih seperti dulu, saat kau membawanya kesini dengan penuh kebingungan, matanya selalu sayu, bibirnya kian melengkung, namun tak lelah ia mengucapkan kata-kata itu
"aku sudah tua.. aku sudah tua.."
Tiap siang aku sudah terlalu lelah menjalankan tiap aktifitas ganda q.. berkutat dengan desertasi yang empat tahun telah ku kerjakan, namun terasa selalu ada yang kurang dengan tiap analisis yang kulakukan, data-data yang telah terkumpul seolah melayang-layang pada batas realitas yang kini aku sendiri tertodong olehnya.. "neurashthenia" dengan gejala yang sama sekali berbeda dan penyebab yang sama sekali tidak bisa di selidiki atau bahkan bisa dibilang tidak ada.. jika seseorang yang selama ini, tak pernah depresi, tak otoriter dalam keluarga, malah selalu membantu anaknya mengerjakan pr matematika dan mengajaknya berlomba lari tiap sore dan menjalin hubungan yang harmonis dengan handai taulan dan rekan kerjanya.. tiba-tiba, saat berlari mengejar putrinya yang telah melesat sangat jauh mendahuluinya, menjerit ketakutan, lalu tersungkur dengan kaki yang seakan patah, menangis dan merasa kematian akan segera menjemput… kejiwaan yang tak seharusnya tertimpa bagi orang yang selalu ceria, lalu dimana salahnya??.. untuk masalah ini, disertasi yang telah tersusun rapi seakan berantakan, pengamatan ku seolah di perhadapkan pada sisi gaib yang hanya Tuhan yang Tahu.. tapi pekerjaan ini tak bisa ku hentikan, karena tidak hanya rasa penasaran dan cinta ilmu pengetahuan yang membuat ku bersikeras menyelesaikannya.. ada hal yang lebih penting. Sesuatu yang selama 23 tahun ini kurindukan dan ku usahakan memunculkannya kembali pada seorang yang telah membuat ku menjadi tangguh seperti sekarang ini. Dan juga, ternyata menjadi dosen terbang untuk jurusan kejiwaan menyedot setengah dari tenaga dan perhatian ku, maka lelah tak pernah lepas dari keseharian, bahkan jika tersedia pesawat jet yang siap membawaku menembus waktu.. tetap lelah selalu meminta salah satu sisi paha ku untuk di pangku.
Tapi lelah tak bisa menahan badan dan menyeret kakiku untuk masuk kedalam kamar lalu berbaring diatas ranjang bergambar hamparan lahan gandum, sehingga seakan merebah badan diantara beribu belaian daun-daun yang menguning berselimut langit senja.. dan dengkuran keras tak lagi malu untuk ditahan.. yah.. lelah akan selalu kalah jika malam sudah Sepertiga menusuk jiwa-jiwa yang hendak mempersembahkan diri mereka di altar mimpi tempat dunia khayal menari dan merobek getir kehidupan nyata yang menyayat jika terngiang. Dan juga buat q, Malam hanya menjadi bayangan di batas kamar, yang di dalamnya ada gelas terisi sus segar terletak di atas meja, gelas yang tidak pernah terjamah oleh penghuninya.. penghuni yang sangat suka dengan nyala lampu remang dan takut akan kematian, penghuni yang menghabiskan waktunya dibawah ranjang sambil memegang beberapa butir suplemen di tangan kirinya, dan tasbih di tangan kanannya..
"kemari gadis kecil ku.. tutup segera pintu itu, sudah beberapa bulan ini, kematian duduk di bangku depan kamarku.. jangan.. jangan biarkan masuk..!!!"
Aku ikut merebah di bawah ranjang, menatap lamat-lamat pada wajahnya yang tak pernah lepas dari ekspresi gelisah ketakutan
"sudah kah.. kau makan hari ini ayah..??"
"tentu saja.. makan adalah cara kuno yang ampuh agar kita terhindar dari kematian"
"hemm mari kita jalan-jalan.. pemandangan malam hari akhir-akhir ini lebih indah dari sore hari saat engkau mengajak ku ke taman melihat kupu-kupu yang berpacaran dengan mawar"
"sudah gila kau..!!! kematian masih terus mengintai ayahmu..!! matanya tak pernah terpejam.. aku heran juga padanya.. tak pernah sekalipun ku lihat ia makan, atau minum.. tapi masih kuat betul ia mencoba mengambil jiwa ku..!!
"sudah ku katakan.. kematian telah ku tikam dari dulu saat dia mencoba mengait kakimu di taman sana.. tikaman ku membuat ia tak bisa bernapas barang sejenak ayah..!! karena pisau ku merobek kening hingga tertembus di belakang kepalanya..!!!"
"tidak.. tidak..!! jangan kau bohongi lagi ayah mu ini.., kau masih sangat belia ketika itu.. bahkan menyuapi dirimu sendiri tanganmu masih gemetar..!!"
"Kau yang membohongi dirimu sendiri ayah.."
Setetes air mengalir pelan dari sudut mata.. dan sekejap tersapu oleh lengan baju
"tidak kah kau bosan ayah.. tertengkup di bawah ranjang ini tiap saat..?? kenapa tak kau sentuh susu segar itu..? atau lihatlah keluar jendela sana.. ada banyak wanita yang sedang tertawa melihat anak-anaknya berenang meniru gaya kodok sedang terapung…?"
"aku akan bosan disini, kalo kematian pun telah bosan.."
"dia sudah bosan ayah..!! dia sudah bosan melihatmu menuduhnya sejak 23 tahun yang lalu..!!"
Aku sedikit membentak padanya.. wajahnya ia jauhkan dari pandangan ku.. lalu berpaling disisi yang lebih gelap dari ranjang itu.. dan mulai terisak.. berirama dengan gemuruh dada ku
"maafkan aku.."
"tidak kah kau sayang pada ayahmu yang sudah tua ini nak?"
"aku tidak akan menemanimu tiap malam di bawah ranjang yang pengap ini jika tak menyayangimu yah.."
"aku sudah tua.. aku sudah tua.."
"dan aku rindu pelukanmu yah.. aku rindu tangan mu yang menuntun tangan ku membuat angka delapan.. aku rindu wajah mu saat mengajarkan rumus bangun ruang.. aku rindu saat dimana aku bisa mengalahkanmu berlari.. aku rindu semangatmu.. aku rindu ceriamu.. aku rindu sayangmu… apalagi saat ini.. ibu telah tiada"
Kali ini giliran ku yang menangis tak tertahan. Sambil terus membelai ubannya yang semakin sedikit, memperlihatkan kulit kepalanya yang hampir terkelupas..
Ia lalu membalik kembali wajahnya pada ku..
"itu karena ibu mu tak mau mendengar perkataan ku..!! sudah berulang kali ku katakan padanya bahwa kematian selalu mengintai rumah kita.. tapi ia tak mendengarku malah menganggap ku gila dan menangis, memohon aku untuk berhenti berbicara tentang kematian..!! ia tak mau berkerja sama.. ia tak mau mengikuti ku sembunyi di bawah ranjang,, maka matilah ia di tarik kematian.. itu sebab kesalahannya sendiri..!!
Mukanya menegang, memperlihatkan keseriusan.. sebenarnya, aku tidak suka ayah berkata seperti itu.. sebab jika bukan karena kelakuannya yang aneh saat itu, mungkin saja ibu tak harus murung dan berpikir keras bagaimana agar suaminya bisa kembali normal.. tanaman-tanaman yang tiap mentari menyambut, setia ia temani dengan siraman, tak lagi ia pikirkan hingga layu mati diterbangkan oleh angin bersamaan dengan semangat hidupnya yang sirna, hingga kulitnya keriput melampaui umurnya..dan beliau merasa lebih tenang jika kembali di dalam tanah…
"janganlah seperti itu yah.. ibu sangat sayang pada kita… lagi pula sekarang aku disini.. aku percaya padamu.. aku akan bekerja sama denganmu.. tapi sampai sekarang kau msih belum memberitaukan ku seperti apa rencana kita membunuh kematian??"
"ia terlalu kuat.. dan aku sudah tua…"
"biarkan aku yang membunuhnya.. ayah tinggal memberitaukan bagaimana caranya"
"tidak.. kau masih kecil.. bisa-bisa kau yang ditarik olehnya…"
"ayah… gadis kecilmu sekarang sudah tumbuh menjadi gadis yang besar dan kuat.. kau tahu.. tiap pagi aku sendiri yang menyapu pekarangan rumah kita yang luas.. aku sendiri yang mengangkat gallon dari tempat pengisiannya.. dan umur ku saat ini sama dengan umurmu saat kau masih bisa mengalahkanku berlari.. aku sudah siap membunuh kematian untuk mu.."
"tidak.. tidak… kematian tak bisa dibunuh.. dia Cuma bisa diusir"
Pandangannya melihat sisi lain dari sudut ranjang.. pikirannya berputar mengais-ngais data yang tersimpan di memori ingatannya.. tiba-tiba ia mencengkram kedua lenganku.. mata nya menyala bersemangat
"aku harus kembali muda..!! ia sudah ku katakan.. aku harus kembali muda..!! nak.. sudah kau lihat obat yang bisa membuat muda?.. atau suplemen apa saja. Atau terapi agar daya tahan tubuh kembali seperti saat kita memasuki remaja.. tolonglah nak.. terapi dengan magnet yang kau ajarkan kemarin kurang manjur.. lihat… rambut ku tetap berubah putih dan mulai berguguran..!!
Cengkramannya mulai ku lepas dengan pelan.. lagi..lagi.. dia meminta hal mustahil yang sama.. saat seperti ini, aku mulai keluar meninggalkannya, tapi untuk malam ini tidak.. akan ku selesaikan hingga ia sendiri yang mengalah atau tertidur dengan logika-logikanya yang tak masuk akal
"ayah… semua orang akan tua.. setiap benda akan rapuh.. dengan cara apapun mencegahnya tidak ada yang bisa lari dari ke-usang-an.. itu sudah kehendak alam.. itu sudah kehendak tuhan..!!" begitu pula dengan kematian.. aku pun nanti akan mati , ibu mati juga karena sudah saatnya mati.. meski ayah tinggal disini buat selamanya.. tetap mata ayah akan rabun.. kulit akan keriput, tubuh akan lemas, pembuluh darah akan menyempit, nafas mulai tersengal… dan kematian pasti datang.. meski ayah sedang di bulan… ini sudah kehendak Tuhan..!!"
"jangan sekali-kali kau bicara tuhan..!!! dia itu sesuatu yg tidak ada..!!! tidak ada yang namanya tuhan..!! manusia sudah cukup kuasa untuk mengurus dunia ini tanpa tuhan..!!! hal ini sudah ku ajarkan padamu semenjak kecil..!! dan kau berani menyebut-nyebutnya sekarang…??!!! Apa yang menyebabkan mu bisa percaya dengan tuhan…!!"
Matanya melotot.. air liurnya muncrat menampar-nampar wajahku yang ketakutan.. baru q ingat.. ternyata ayah ku anti tuhan.. dari dulu,, dia tidak percya tuhan.. tapi ku beranikan diri untuk tetap menatapnya.. meski air mata ku kembali meleleh
"karena aku percaya tua itu pasti.. mati itu pasti.. dan manusia lemah terhadapnya.. manusia tidak ada apa-apanya, kepintaran yang ayah banggakan, kekuatan yang ayah andalkan tidak sanggup menghalangi ketuan dan kematian bukan..? lalu siapa yang membuat kematian dan ketuaan? Manusia kah??.. kalo begitu kenapa manusia tidak sanggup menghentikan sesuatu yang ia ciptakan sendiri?.. jikalau ini system.. kenapa tidak ayah pikirkan dengan kepintaran yang ayah miliki, siapa yang membuat system ini..?? karena tentunya ayah yang mengandalkan kepintaran, tidak menerima ada system yang terjadi secara kebetulan, ya..kan.. ?? kenapa pula ayah memegang tasbih itu.. ayah takut mati kan?.. dan pada akhirnya ayah meminta perlindungan pada sesuatu yang ayah sendiri katakan hal itu tidak ada??"
Aku menatap ayah ku dalam-dalam.. mencoba menjejaki tiap pikiran yang sekarang bermunculan dari wajah ayah yang termenung.. sambil menahan tangisku.. kembali aku memohon dengan tatapan yang iba.. agar ia kembali sadar bahwa kematian tidak lah hanya mengintainya.. tapi mengintai semua manusia.. lama ia termenung .. ia kembali membelakangi ku.. dan tangisnya pecah..hingga badannya gemetar hebat meski gelap menyelimutinya
Saat derai tangisnya memecah hening kamar itu.. aku tersentak,, seakan tersadar dari hal yang ternyata begitu dekat.. hal yang telah ku analasis selama ini, dan kini kudapatkan dibawah ranjang bersama seorang ayah yang mengidap kelainan jiwa " neurashthenia" yang tidak di ketahui sebabnya.. tapi kini aku paham.. paham dengan sangat..!! tidak ada yang namanya kebetulan, tidak ada yang datang begitu saja.. seperti penyakit yang menyerang ayahku.. Tuhan..!!! ya.. penyebabnya adalah Tuhan…!!! Ayah ku tidak percaya Tuhan.. bukan..bukan.. tidak seperti itu.. persisnya, Tuhannya adalah akal, sifat kuasa yang disandang Tuhan, ia sandingkan dengan akalnya sehingga akalnya adalah Tuhan..!! namun disaat akalnya jatuh di jurang yang ia tak bisa lewati.. maka jiwanya berontak mempertanyakan legalitas akal sebagai Sang maha kuasa.. sang Tuhan sejati.. saat akalnya berpikir tentang kematian dan segala akibatnya.. akalnya sendiri tidak bisa membuatkan jalan keluar dari masalah kematian.. maka jiwanya gelisah dan mulai menuntut akal yang dijadikan Tuhan.. tapi tetap akal tak bisa memberikan jalan keluar.. pada akhirnya akal secara otomatis memproyeksikan kematian adalah sesuatu yang bisa dihindari.. namun lagi-lagi jiwanya tak bisa menerima karena menghindar bukan menyelesaikan masalah.. maka jiwanya labil.. jiwa ayah ku labil dan dari kesadaran jiwanya sendiri dia mencari zat yang tak dinalar namun selalu ada, yang bisa berkuasa, yang tak bisa diperintah yang dengan sendirinya di sebut Tuhan.. tasbih itu sebagai bukti pencarian jiwanya.. dan ketidaktahuannya menjadi kenyataan bahwa kesadaran Tuhan sejati belum menjadi kesadaran akal tapi masih sebatas kesadaran jiwa yang memang butuh Tuhan dengan sifat kuasanya..
"pergi nak… kurasa kau menemukan sayang yang melebihi sayang ayahmu.."
Dengan suara isaknya ia tetap membelakangiku..
"iya.. aku akan pergi, tapi tidak akan meninggalkanmu.. kau sendri yang mengatakan bukan.. cobalah peduli pada semua, meski sayang mu tak bisa merangkul semuanya.. dan kini akan ku kenalkan kau pada rasa sayang yang bisa merangkul semuanya dan membuat tenang dari segala hal"
Aku lalu melangkah pergi.. mata ku masih sembab, namun hati ku kini merasa tenang.. segera saja ku temui suster yang merawat ayahku
"suster.. trima kasih atas semuanya.. malam ini aku ingin membawa ayah ku pulang"
"dia sudah sembuh?"
"tidak.. dia lebih parah dari yang ku kira.."
"lalu ap yang membuat mu ingin membawanya pulang?, kau putus asa?"
"tidak..tidak.. justru aku makin bersemangat dalam semua hal tentang ayahku.. karena ktika dia sembuh.. maka ayah akan lebih sadar dari diri ku sendiri.."
"aku masih belum mengerti..?? dengan apa kau menyembuhkannya"
"akan ku kenalkan Tuhan padanya.."
Baca juga Cerpen Islam yang lainnya.
0 comments:
Post a Comment