Wednesday, April 25, 2012

Cerpen Cinta Sedih "A Love Made From Tears"

A LOVE MADE FROM TEARS
Cerpen Bella Danny Justice

Arisa melantunkan nada-nada lembut dari biolanya dengan penuh penghayatan. Gesekan antara busur biola dengan dawainya menciptakan suasana kedamaian di taman dekat rumahnya yang selalu sepi. Jarang sekali orang atau terutama anak-anak kecil yang berkunjung ke taman itu karena tidak adanya fasilitas yang menunjang. Disana hanya ada satu bangku taman panjang yang biasa di tempati Arisa seorang diri sambil bermain biola. Senja itu tak seperti biasanya, ketika ia memainkan lagu dari Eric Clapton – Tears In Heaven dengan biolanya, ia merasa ada seseorang yang memperhatikannya dari belakang. Arisa kemudian menghentikan permainannya, dan menoleh.
Ia mengucap. “apa yang sedang kamu lakukan? Apa kamu melihat aku bermain biola barusan?”
“permainan biolamu indah sekali.” Kata laki-laki itu. Ia berjalan mendekati Arisa.
“terimakasih atas pujianmu, tapi aku tidak suka orang lain melihatku bermain biola.” Ucap gadis itu lalu meninggalkan pria yang memujinya.

Arisa sangat suka bermain biola, tapi ia tidak suka orang melihatnya. Baginya, orang lain hanya akan merusak keindahan suasana yang diciptakan biolanya. Setelah sampai dirumah, ia langsung masuk ke kamar dan merebahkan diri.

Arisa menghela nafas panjang. “haaaahhh, cuma ini yang bisa aku lakukan...hal yang tidak membahayakan bagi diriku hanya bermain biola. Benda itu tidak akan menyakitiku.”

Hari-hari berikutnya, Arisa selalu mendapati laki-laki itu sedang menyaksikan dirinya bermain biola. Arisa sungguh dibuat kesal olehnya. Akhirnya, untuk menghindari laki-laki itu dia memutuskan untuk tidak pergi ke taman selama beberapa hari. Sampai pada suatu hari, ia kembali mengunjungi taman tersebut untuk mengetahui apakah laki-laki tersebut masih terus datang atau tidak. Tetapi, petang itu ia tidak menemukannya. Arisa pun kembali memainkan biolanya, kali ini ia membawakan lagu You Raise Me Up dari Josh Groban. Selang beberapa saat, terdengar suara tepuk tangan dan ia berkata:
“aku akan selalu datang untuk melihatmu bermain biola.”

Arisa lalu menghampiri pria itu dengan langkah tergesa-gesa. Wajahnya penuh dengan kekesalan. Tanpa ia sadari, rupanya ia tersandung batu yang cukup besar dan saat itu juga ia tersungkur. Dagunya terbentur tanah, darah segar mengalir tiada henti dari permukaan kulit Arisa. Laki-laki itu panik melihat Arisa yang terus mengalami pendarahan padahal lukanya tidaklah besar.

Ketika itu juga laki-laki itu tau bahwa Arisa mengidap penyakit hemofilia, sama dengan seseorang. Arisa beruntung karena pada saat ia terjatuh pria itu segera membawanya kerumah sakit tanpa berfikir panjang. Pria itu telah menyelamatkannya, terlambat sedikit saja mungkin ia sudah tidak ada di dunia ini lagi.

Setelah beristirahat sesuai dengan anjuran dokter, Arisa masih tetap kembali ke taman itu. Entah mengapa, hati kecilnya seperti menuntun langkah kakinya untuk pergi kesana. Ia duduk di bangku taman yang hanya satu-satunya dan mulai memainkan biolanya. Sekarang ia memainkan lagu dari Richard Marx – Right Here Waiting. Derai air mata mengalir hangat di pipi Arisa. Ia terus memainkan lagu itu sampai matahari terbenam. Langit oranye sudah berubah gelap namun pria tersebut tak kunjung datang. Hari ini Arisalah yang menunggunya. Kini ia tau bagaimana rasanya menunggu seseorang yang disukai.

Sejak kapan Arisa menyukainya ia tidak tau persis. Satu yang pasti ia dapat merasakan ketulusan dari setiap kata yang keluar dari bibir pria itu. Keesokan harinya Arisa datang kembali ke taman dan masih memainkan lagu dari Richard Marx karna lagu ini sangat menggambarkan perasaannya. Satu bulan telah berlalu tetapi Arisa tetap menunggu pria itu di taman setiap hari.
Kemana dia? Kenapa dia dengan seenaknya datang dan pergi sesuka hati? Gerutu gadis itu dalam hatinya sambil menggit bibir menahan kesal.
“apa kau sangat suka berada di taman ini?” terdengar suara seseorang yang perlahan mendekatinya. Ia pun duduk disamping Arisa.
“siapa kau?!” ucap Arisa penuh nada kecurigaan terhadap pria yang duduk disampingnya.
“aku tau kau pasti sedang menunggu seseorang.” Kata pria itu seolah tau apa yang selalu dilakukan Arisa ditaman ini setiap harinya. Arisa dibuat penasaran olehnya. Mengapa ia bisa tau? Pikirnya kebingungan.
“kau tidak usah bingung. Aku adalah orang yang kau tunggu.” Ujarnya sambil menatap lurus kemata Arisa yang penuh tanda tanya.
“hah! Jangan bercanda! Jelas-jelas kau berbeda dengan seseorang yang kutunggu!” Arisa merasa lucu dengan laki-laki dihadapannya. Tiba-tiba ia datang dan menyatakan diri sebagai orang yang ia tunggu. Apa orang ini sudah gila? Pikirnya.
“orang yang selama ini bertemu denganmu adalah adik angkatku. Akulah yang pertama kali melihatmu ditaman ini saat sedang bermain biola. Aku ingin sekali memberikan pujian kepadamu, tetapi aku tidak bisa mendekatimu, karena itu aku meminta adikku untuk terus bertemu denganmu dan mencari tau tentang dirimu. Setelah aku tau ternyata kau memiliki penyakit yang sama dengan kekasihku dulu, aku mengurungkan niat untuk lebih lanjut mengenal dirimu. Aku masih belum bisa melupakan wajah kekasihku...aku sangat mencintainya...aku sangat menyayanginya tetapi ia pergi meninggalkan aku..selama ini aku seperti mayat hidup. Hatiku telah mati, hanya tubuhku yang tersisa. Tapi, ketika aku melihatmu, entah mengapa denyut jantungku kembali berdetak setelah sekian lama tak berfungsi.”

Arisa yang mendengarkan penjelasan pria itu benar-benar terkejut. Rasanya bercampur aduk, ia merasa telah dibohongi dan dibodohi. Terlebih lagi perasaan yang ia simpan ternyata untuk seseorang yang tidak dapat melupakan mantan kekasihnya. Ingin sekali ia menangisi dirinya. Betapa bodoh dirinya selama ini menunggu orang yang salah. Dan ketika seseorang yang sesungguhnya datang, ia malah merasakan sakit hati. Cinta pertamanya adalah sebuah kesalahan.
“boleh aku tau namamu?” tanya Arisa.
“aku Danni, kau Arisa bukan?” katanya.
“terimakasih Danni kau pernah mengukir kenangan dalam hatiku. Meskipun yang aku temui adalah adikmu, tapi sebenarnya hatiku adalah milikmu. Yang aku suka adalah kamu.” Arisa tidak bisa membendung air matanya. Hatinya hancur berkeping-berkeping tiada bergeming.

Mendengar pengakuan cinta Arisa, Danni tersentak kaget. “apa? Kau menyukaiku?!” matanya terbelalak menatap wajah Arisa.
“ya, untuk itu aku berterimakasih padamu Danni. Selama hidup aku hanya ditemani oleh biola, tetapi hadirnya adikmu dan dirimu telah memberi warna di kehidupanku.” jelas Arisa.
“kau betul-betul mengingatkanku padanya..Hanna adalah kekasihku yang mempunyai penyakit yang sama sepertimu. Dia meninggal saat kami kecelakaan. Aku ingat darahnya mengalir deras tiada henti, dan akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya dalam perjalan kerumah sakit. Aku ingat kata-katanya sebelum ia pergi *Dan, aku akan sangat kecewa jika kamu tidak membuka hatimu terhadap orang lain karena aku*. Sedangkan aku selalu membuatnya kecewa, bagiku melupakannya tidak semudah itu.” ucapnya terbawa emosi. Danni mencritakan semuanya kepada Arisa. Sebelumnya ia tidak pernah mencritakan hal ini kepada siapapun, hanya adiknyalah yang tau.

Arisa bisa merasakan penderitaan Danni, tetapi ia ingin Danni menjadi manusia yang dinamis. Ia ingin Danni berubah. “Danni, biar bagaimanapun, Hanna kekasihmu telah tiada, tidak sepatutnya kau terus menyesali kejadian yang telah berlalu. Tataplah masa depan yang menunggumu, jangan membuat dirimu malang.”

Perlahan Danni pun mulai melupakan Hanna. Berkat Arisa ia bisa melakukan hal yang tadinya mustahil untuk dilakukan. Hubungan Arisan dan Danni bertambah dekat seiring berjalannya waktu. Dan ia mengetahui satu hal bahwa ternyata Danni selama ini dirawat dirumah sakit jiwa. Adiknya memberi tau bahwa kakaknya itu sangat depresi ketika ditinggal pergi oleh kekasihnya sehingga dirinya mengalami goncangan jiwa yang cukup berat. Arisa selalu mendampingi Danni setia saat. Ia merawat Danni dengan penuh kasih sayang.

Meski Arisa selalu ada disetiap Danni membutuhkan, namun perasaan Danni akan Hanna kekasihnya dulu belum memudar. Belum ada perubahan yang cukup signifikan dari Danni selama ia dirawat, semenjak ia menceritakan semuanya kepada Arisa ia jarang berbicara lagi. Keadaan ini membuat orangtuanya pasrah. Mereka berencana untuk membawa Danni berobat ke Amerika minggu depan. Arisa sendiri tidak tau menau tentang rencana orang tua Danni. Saat ia ingin menjenguk Danni, ia tidak mendapati laki-laki itu diruangannya.
“kakakku sudah berangkat ke Amerika tadi pagi. Orangtuaku membawanya berobat kesana.” Sahut orang itu.
“apa? Danni pergi ke Amerika? Jangan bercanda terhadapku Michael!” seruku tidak percaya.
“aku tidak bohong.” Katanya sekenannya lalu pergi meninggalkan Arisa.

Arisa sungguh tidak percaya. Danni pergi meninggalkannya. Ia merasa dunia menjadi gelap. Penantian dan kesabarannya tidak dapat meluluhkan hati Danni. Yang ia lakukan selama ini sia-sia. Dari pertama Danni tidak memandang Arisa sebagai seseorang yang penting dalam hidupnya. Kenapa? Kenapa kau meninggalkan aku yang telah menemani saat-saat kelam mu? Arisa kehilangan kata-kata. Bibirnya tak mampu mengucap seuntai kata pun. Ia hanya berkata dalam hati. Menyimpan semua rasa kekecewaan yang mendalam akan Danni.
This is my heart bleeding before you,
This is me down on my knees...
These foolish games are tearing me apart,
and your thoughtless words are breaking my heart ..
You're breaking my heart...
(Jewel – Foolish Games)
THE END

PROFIL PENULIS
Nama : Bella Danny Justice
Simple and likes music.
twitter : @bellajusticee
Fb : Bella Justice
E-mail : alexa.bella14@yahoo.com

Baca juga Cerpen Sedih dan Cerpen Cinta yang lainnya...

Ditulis Oleh : Unknown Hari: 1:47 AM Kategori:

0 comments:

Post a Comment