AKU MEMANG HARUS PERGI
Oleh Sri Hasih Nurhayati
Oleh Sri Hasih Nurhayati
Terpuruk, dalam kesedihan, mencoba menghibur diri sendiri karena tidak ada yang bisa membuat diri ini tersenyum kembali. Aku tak tau harus kucari kemana kebahagiaan ku yang tiba-tiba menghilang. Butuh waktu ku untuk menerima ini semua.
“hai ray, nglamun ajah” kata Diana mengagetkanku
“ehm lu dian, ngagetin ku aj”
“lu sih, ngalamun ajah, mikirin apa sih”
“ah gag kok,gag ada,”
“gag usah bohong de, gue tau lo pasti lagi ada masalah, iya kan?”. Desak dian
Aku tak menjawab, hanya menghela nafas panjang, aku memang tak bisa berbohong dihadapan Diana.
“gue gag papa kok dian, gue Cuma lagi pengen sendiri ajah” jawabku
“heh lo ni kebiasaan, kalu ada masalah, pasti diem, kalau ada masalah itu diselesein dong ray, jangan didiemi”
Aku tak menjawab hanya diam menunduk. Akhirnya Diana menyerah
“ya udah ,terserah loe, yang penting lo tau kan kalu lu mau cerita and butuh bantuan loe tinggal nyari gue” kata Diana sambil menepuk punggung ku
Aku hanya menganggugkan kepala dan tersenyum padanya, lalu kembali tenggelam kedalam buku-buku ku. Diana lalu pergi membiarkan ku sendiri. Dia memang mengerti kalau aku sedang begini aku lebih suka menyendiri dan tak ingin diganggu.
Pulang kuliah, aku langsung masuk dalam kamar kosanku yang kecil, maklum namanya aja juga kosan. Otakku,badan dan hatiku terasa tidak karuan. Membuatku sangat lelah, dan ingin segera memejamkan mata. Aku ingin sejenak istirahat dari rutinitas ini, aku ingin sejenak bisa melupakan masalahku.
Tanpa terasa justru air mata ku menggenang, diujung pelupuk mataku, mengalir pelan membentuk aliran-aliran kecil seperti anak sungai dipipiku. Mengapa akuu begitu rapuh. Mengapa aku selalu rapuh dan lemah dalam masalah percintaan. Aku selalu menjadi yang harus selalu mengalah.
Aku tidak ingin melakukan kesalahan yang dulu pernah aku lalukan, tanpa aku sadari aku telah menghancurkan hubungan saudaraku sendiri, dan kini saat semuanya telah kembali membaik, sahabatku sendiri mencintai saudara ku, konsekuensinya aku harus rela jauh darinya, aku benar-benar tak iklas jauh dari nya sahabat baikku.
“maaf teman, mungkin setelah ini kita akan jauh” kata rey
“iya aku mengerti, aku juga tidak ingin ada salah paham” jawabku
Lalu rey pergi, ketika dia berkunjung kerumahku pun aku tak akan menemuinya. Aku tak akan mengganggunya dengan vey kakakku. Sakit memang aku harus melepaskan sahabatku.
“udahlah ray, jangan terlalu dipikirin, masih banyak orang yang mau jadi sahabat kamu, yang selalu ada buat kamu” kata Diana menyemangatiku.
“makasih ya dian. Mungkin ini jalan yang terbaik, aku memang harus bisa mengerti”
Aku tak mengerti kalau persahabatanku akan berakhir dengan cara begini, aku tak mengerti mengapa urusan cinta akan menghancurkan persahabatan kami. Aku benar-benar tak mengerti, kenapa aku yang harus selalu disalahkan. Aku tak mengerti benar-benar tak mengerti. Kini keadaan telah memaksaku untuk jauh dari orang –orang yang aku sayang.
Aku harus rela jauh dari sahabatku sekaligus orang yang aku sayangi. Dalam hatiku aku marah, aku kecewa, aku sedih, tapi apa daya, aku hanya bisa melepasnya, melepaskan genggaman tangannya. Entah kapan aku bisa mengengam tangannya kembali
Mungkin kita memang tidak bisa bersama-sama lagi seperti dulu, mungkin aku harus rela jauh darimu teman, sebenarnya aku gag rela kau jauh dari , tapi aku akan belajar.untuk itu Kini aku akan pergi jauh, aku akan pindah ke Jakarta. Setelah ini kau tidak perlu lagi menjauhi ku. Besok pagi jam 7 aku akan berangkat kejakarta dengan pesawat.semoga kau bahagia dengan hidupmu sekarang.
Itu adalah pesan terkhirku untuk rey, setelah itu no ku tak kuaktifkan lagi. Sampai aku tiba di Jakarta, hp ku masih tak kuaktifkan. Entah apa balasan rey, entah dia membalas atau tidak. Aku langsung tidur, dan tak ingin keluar dulu.
“hai ray, udah bangun” tante masuk kamarku
“oh tante, ia tante, maaf ya tante aku kesiangan” kataku sambil menunduk
“ia gag papa,kamu uga pasti kecapean kan!” kata tante dengan senymnya, dan membelai rambutku.
“ya udah kamu cepet mandi, tante tunggu diruang makan untuk sarapan” kata tante lalu keluar dari kamarku. Aku hanya mengangguk. Lalu aku memalingkan mukaku pada benda kecil itu. Hanfonku, ku raih benda itu dan aku aktifkan. Stelah aku aktifkan. Banyak sekali pesan masuk. Ad sekitar 20 pesan. Aku buka satu persatu, aku tuju satu nomer disana. Rey ya rey, ya dia
“maafkan aku teman, aku tau aku salah, tapi aku juga tak tau harus bagaimana, aku tak bermaksud menjauhimu, tapi aku juga takut vey marah. Setelah aku tau kau akan pergi kejakarta, aku langsung pergi kekosmu, tapi kau tidak ada,aku pergi kebandara, menunggumu, tapi aku juga menemukanmu.kini aku merasa kehilanganmu sahabatku.nomormu juga tidak aktif trus.aku tau kau memang marah besar padaku. Aku memang pantas mendapat kemarahanmu, tapi aku ingin berjumpa denganmu”
Setelah kubaca pesan dari rey, kubalas sinkkat
“maaf rey,semuanya sudah terlambat.aku tidak akan pulang lagi kepalembang dalam waktu beberapa tahun lagi, jangan hubungi aku lagi.”
Hatiku terlalu sakit, aku melakukan semua ini bukan karena aku tak merestui hubungan merka, bukan karena aku membencinya, tapi aku ingin melupakan semuanya, karena aku terlalu sayang dengan mereka. Aku tak ingin melihat diantara mereka ada yang tersakiti. Sudah aku putuskan untuk pergi jauh dari mereka.
Setiap sms dan telefon dari rey tak ada satupun yang aku terima. Aku telah bertekat untuk melupakannya. Aku tak mau menjadi penghancur hubungan orang. Biarlah aku yang merasa sakit, karena aku sudah terbiasa. Mungkin ini sudah menjadi jalanku. Semuanya pasti akan indah pada saat nya nanti, dan sekarang aku memang harus benar-benar pergi.
Baca juga Cerpen Remaja yang lainnya.
0 comments:
Post a Comment