KETIKA SENJA MENYAPA
Karya Aqilah
Karya Aqilah
Rintik-rintik hujan mulai membasahi sekujur tubuhku. Entah,sudah berapa lama..aku terduduk di bangku taman ini. Banyak orang yang lalu lalang di hadapanku,berlarian di kejar hujan,tapi tak satu pun yang aku kenal.
Aku mulai beranjak dari penantianku di senja kali ini. Dia memang tak datang atau memang tak akan pernah datang.
“Kehujanan lagi?!”sapa Tia dengan sinis ketika aku masuk kedalam rumah. Tia adalah kakak perempuanku. Dia selalu tidak menyukai keadaanku yang seperti ini. Aku tahu kenapa dia bersikap seperti itu! Dia terlalu mengkhawatirkanku. Dia takut,aku terus berharap pada sesuatu yang semu. Sesuatu yang menurutnya tak mungkin,tapi mungkin untukku.
“Iya!”jawabku pasrah.
“Kamu nggak lelah nunggu Oby yang nggak pernah datang?!”seru Tia.
“Mas Oby pasti datang,kak!”ucapku.
“Oh,ya? Kakak nggak percaya!”seru Tia yang semakin sinis.
“Aku masuk kamar dulu,ya?!’izinku.
Di kamar...
“Ofy,wajahmu pucat! Seharian ini kamu sudah menunggu tanpa beranjak sedetik pun. Apa yang kamu tunggu? Kamu tahu pasti,kalau mas Obymu nggak akan datang! Sudahlah...lupakan dia! Jangan siksa hidupmu seperti ini!”bisik batinku saat aku melihat diriku sendiri didepan cermin. Setetes air mataku jatuh terkulai di atas meja rias. Ragaku sudah terlalu lelah,tapi tak untuk perasaanku padanya.
**
Di kampus...
“Ofy!”panggil Laras.
“Ada apa?”tanyaku.
“Aku pinjam buku catatan Sastramu,dong...!?”pinta Laras.
“Emang,kamu kemarin nggak nyatat?”tanyaku balik.
“Enggak..! He...he..he...,”jawab Laras dengan tawanya.
“Ya udah,ini!”seruku.
“Oh ya,sebagai balas budinya...hari Jumat aku mau ngajak kamu pergi nonton! Ada film baru di bioskop!” seru balik Laras. Aku hanya melontarkan senyum manis sebagai jawabanku.
Hari Jumat itu akhirnya datang juga! Aku terlalu larut dalam pesona malam di waktu itu. Aku bisa mencium udara bebas yang selama ini hilang dari hidupku. Sampai bunyi alarm Hpku mengubah segalanya.
“Aku harus pergi!”seruku.
“Kemana?”tanya Laras.
“Ke taman! Maaf,aku nggak bisa nemenin kamu nonton!”ucapku buru-buru pergi.
“Tapi,Fy!”cegah Laras. Aku tak lagi menghiraukan Laras disampingku. Aku sudah terlambat. Aku sudah ingkar janji. Tepat pukul 21:00,aku tiba di taman. Tak ada satu pun orang yang ku temui. Ya,memang tak ada orang y ang bisa aku temui di taman ini sejak senja 2 tahun yang lalu. Aku benar-benar kehilangan dia. Beberapa menit,aku tertidur dalam pikiranku,sampai ada seseorang yang menyadarkanku.
“Ngapain malam-malam ada di sini?”tanya Tia sambil mencengkram tanganku.
“Aku nungguin mas Oby!”jawabku.
“Oby nggak datang,Ofy! Oby nggak akan pernah datang!”teriak Tia.
“Pasti datang! Kakak harus percaya padaku,”bantahku.
“Ayo,pulang! Besok kakak akan bawa kamu ke psikiater!”seru Tia.
“Aku nggak gila,kak!”seruku balik.
“Kamu memang nggak gila,tapi kelakuan kamu kayak orang stres!”ucap Tia.
**
Di kamar....
Hari ini,Tia membawaku pergi ke psikiater. Kata dokternya,aku stres. Menurutku,aku baik-baik saja,nggak kurang satu apa pun. Hanya saja,perasaanku sedikit terluka.
“Bulan,apakah engkau tahu...apa yang sedang mas Obyku lakukan sekarang? Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja? Sampaikan salamku untuknya bahwa aku sangat merindukannya!’ucapku. Seketika ada hembusan angin berlalu dari hadapanku seakan-akan membawakan pesanku untuk mas Oby.
Esoknya...
“Ini pesawat terbang buat kamu! Aku sengaja buat dari kertas supaya kamu bisa nulis pesan untuk mas Oby!”sapa Laras dengan senyum manisnya.
“Kenapa kamu lakuin ini?’tanyaku.
“Aku tahu apa yang sedang kamu rasain,Fy! Ayo,ambil!”seru Laras. Aku ambil kertas pesawat itu dari tangan Laras,lalu ku tulis...
*Mas Oby,kapan pulang? Jangan buat adik terlalu lama menunggu. Kelelahan adik sudah diambang batasnya. Adik tunggu di taman,senja hari.
Cepat pulang,ya? I miss you*
“Pesawat,terbang yang jauh ya! Sampaikan pesanku. Aku menunggu kepulangannya!”teriakku ketika menerbangkan pesawat itu. Ada kelegaan yang timbul di perasaanku,walau bulir air mataku tak tertahan lagi. Aku sadar,apa yang aku lakukan ini hanya sia-sia.
Hari berganti hari membuatku semakin lelah. Aku seperti mayat hidup! Aku terlalu takut mangambil keputusan untuk tak lagi menunggunya di atas perasaanku yang menyayanginya. Namun,tak ada lagi jalan keluar untuk masalah ini selain memutuskan melupakannya!
Senja di tanggal 23 November adalah senja terakhirku menunggunya. Ada kebimbangan di hati. Apakah esok hari bisa membuatku jauh lebih baik atau bahkan semakin buruk? Aku belum tahu jawabannya sebelum aku melewati senja kali ini.
“Sudah pukul 05:30 sore,tak ada lagi yang harus aku lakukan di taman ini. Selamat tinggal penantianku!”seruku. Berjarak 5 meter dari bangku taman,ada seseorang yang memanggilku. Aku kenal suara itu. Tanpa ragu,ku balikkan badan.
“Mas Oby!”seruku. Dia berlari menghampiriku. Tatapan matanya yang sudah lama aku rindukan,kini bisa ku lihat lagi! Senyumnya yang menawan membalas tatapan mataku yang sudah di hiasi air mata.
“Maafin mas,ya! Mas datang terlambat. Mas sudah buat adik nunggu terlalu lama,”ucap Oby sambil menghapus air mataku.
“Iya,yang penting sekarang mas sudah datang! Itu sudah lebih dari cukup. Makasih,mas!”seruku. Lalu dia memelukku dengan erat. Aku bahagia,ternyata penantianku terjawab sudah…
“Ofy!”panggil Laras.
“Ada apa?”tanyaku.
“Aku pinjam buku catatan Sastramu,dong...!?”pinta Laras.
“Emang,kamu kemarin nggak nyatat?”tanyaku balik.
“Enggak..! He...he..he...,”jawab Laras dengan tawanya.
“Ya udah,ini!”seruku.
“Oh ya,sebagai balas budinya...hari Jumat aku mau ngajak kamu pergi nonton! Ada film baru di bioskop!” seru balik Laras. Aku hanya melontarkan senyum manis sebagai jawabanku.
Hari Jumat itu akhirnya datang juga! Aku terlalu larut dalam pesona malam di waktu itu. Aku bisa mencium udara bebas yang selama ini hilang dari hidupku. Sampai bunyi alarm Hpku mengubah segalanya.
“Aku harus pergi!”seruku.
“Kemana?”tanya Laras.
“Ke taman! Maaf,aku nggak bisa nemenin kamu nonton!”ucapku buru-buru pergi.
“Tapi,Fy!”cegah Laras. Aku tak lagi menghiraukan Laras disampingku. Aku sudah terlambat. Aku sudah ingkar janji. Tepat pukul 21:00,aku tiba di taman. Tak ada satu pun orang yang ku temui. Ya,memang tak ada orang y ang bisa aku temui di taman ini sejak senja 2 tahun yang lalu. Aku benar-benar kehilangan dia. Beberapa menit,aku tertidur dalam pikiranku,sampai ada seseorang yang menyadarkanku.
“Ngapain malam-malam ada di sini?”tanya Tia sambil mencengkram tanganku.
“Aku nungguin mas Oby!”jawabku.
“Oby nggak datang,Ofy! Oby nggak akan pernah datang!”teriak Tia.
“Pasti datang! Kakak harus percaya padaku,”bantahku.
“Ayo,pulang! Besok kakak akan bawa kamu ke psikiater!”seru Tia.
“Aku nggak gila,kak!”seruku balik.
“Kamu memang nggak gila,tapi kelakuan kamu kayak orang stres!”ucap Tia.
**
Di kamar....
Hari ini,Tia membawaku pergi ke psikiater. Kata dokternya,aku stres. Menurutku,aku baik-baik saja,nggak kurang satu apa pun. Hanya saja,perasaanku sedikit terluka.
“Bulan,apakah engkau tahu...apa yang sedang mas Obyku lakukan sekarang? Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja? Sampaikan salamku untuknya bahwa aku sangat merindukannya!’ucapku. Seketika ada hembusan angin berlalu dari hadapanku seakan-akan membawakan pesanku untuk mas Oby.
Esoknya...
“Ini pesawat terbang buat kamu! Aku sengaja buat dari kertas supaya kamu bisa nulis pesan untuk mas Oby!”sapa Laras dengan senyum manisnya.
“Kenapa kamu lakuin ini?’tanyaku.
“Aku tahu apa yang sedang kamu rasain,Fy! Ayo,ambil!”seru Laras. Aku ambil kertas pesawat itu dari tangan Laras,lalu ku tulis...
*Mas Oby,kapan pulang? Jangan buat adik terlalu lama menunggu. Kelelahan adik sudah diambang batasnya. Adik tunggu di taman,senja hari.
Cepat pulang,ya? I miss you*
“Pesawat,terbang yang jauh ya! Sampaikan pesanku. Aku menunggu kepulangannya!”teriakku ketika menerbangkan pesawat itu. Ada kelegaan yang timbul di perasaanku,walau bulir air mataku tak tertahan lagi. Aku sadar,apa yang aku lakukan ini hanya sia-sia.
Hari berganti hari membuatku semakin lelah. Aku seperti mayat hidup! Aku terlalu takut mangambil keputusan untuk tak lagi menunggunya di atas perasaanku yang menyayanginya. Namun,tak ada lagi jalan keluar untuk masalah ini selain memutuskan melupakannya!
Senja di tanggal 23 November adalah senja terakhirku menunggunya. Ada kebimbangan di hati. Apakah esok hari bisa membuatku jauh lebih baik atau bahkan semakin buruk? Aku belum tahu jawabannya sebelum aku melewati senja kali ini.
“Sudah pukul 05:30 sore,tak ada lagi yang harus aku lakukan di taman ini. Selamat tinggal penantianku!”seruku. Berjarak 5 meter dari bangku taman,ada seseorang yang memanggilku. Aku kenal suara itu. Tanpa ragu,ku balikkan badan.
“Mas Oby!”seruku. Dia berlari menghampiriku. Tatapan matanya yang sudah lama aku rindukan,kini bisa ku lihat lagi! Senyumnya yang menawan membalas tatapan mataku yang sudah di hiasi air mata.
“Maafin mas,ya! Mas datang terlambat. Mas sudah buat adik nunggu terlalu lama,”ucap Oby sambil menghapus air mataku.
“Iya,yang penting sekarang mas sudah datang! Itu sudah lebih dari cukup. Makasih,mas!”seruku. Lalu dia memelukku dengan erat. Aku bahagia,ternyata penantianku terjawab sudah…
Baca juga Cerpen Remaja yang lainnya.
0 comments:
Post a Comment