Wednesday, July 11, 2012

Cerpen Remaja - Pangeran Tak Berkuda

Karya Andini Nurul Aulia

Dalam proses pertumbuhan seseorang, masa remaja adalah masa yang paling indah. Dimana semua ABG ( Anak Baru Gede ) penuh dengan keingintahuan baik tentang cinta maupun pengetahuan umum lainnya. Berbicara tentang cinta bagi anak remaja serasa tidak ada habisnya. Aku teringat suatu peristiwa saat aku masih duduk di bangku kelas IX Sekolah Menengah Pertama.

Waktu itu guruku mengadakan praktek berenang di luar sekolah. Kami praktek di Pantai Pa’ba’dilang. Aku merasa senang sekali. Bahkan, aku merasa terlalu senang. Sampai-sampai semalam sebelum keberangkatan, aku tidak tidur, memikirkan hal-hal yang akan aku lakukan besok.
Karena semalaman aku begadang, keesokan harinya aku bangun kesiangan. Aku memasukkan barang-barang yang akan kubawa ke dalam tas dengan tergesa-gesa. Dan pergi ke sekolah.
Di perjalanan, handphone ku tak berhenti berdering. Ketika ku periksa sudah 6 sms masuk dan 3 panggilan tak terjawab dari Refita.
Kamu udah di mana ? ( katanya pada sms yang pertama )
Udah di,,, ( belum selesai aku membacanya ).
Tiba-tiba handphone ku berdering. Aku berhenti membaca sms dari Fita. Dan menekan tombol hijau di handphone ku, lalu Aku langsung mengangkatnya, dan kudekatkan ke telinga kananku.
Fita : halo, assalamualaikum

Aku : waalaikum salam, ada apa Fit???
Fita : kamu udah di mana sekarang? Teman-teman udah nungguin. Tinggal kamu yang belum datang.
Aku : oh… iya maaf. Aku bangunnya kesiangan. Sekarang aku udah di jalan menuju kesekolah.
Fita : baiklah kalau begitu. Assalamualaikum
Aku : waalaikumsalam.
Selesai menerima telephone aku langsung mempercepat langkah kakiku.
Lima menit kemudian, aku sudah sampai di sekolahku, Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) Negeri 1 Benteng atau biasa disingkat ( SPENZA ). Di sana tampak beberapa temanku sudah menunggu sambil mengobrol santai. Ketika ku tanya pukul berapa bis yang akan kami tumpangi datang, seorang dari mereka menjawab sekitar pukul 09:00 wita.
Pukul Sembilan ? ( tanyaku keheranan ).
Iya,,, memangnya kenapa ??? ( Tanya salah seorang temanku yang bernama Irma ).
Aku melirik jam yang melingkar manis di pergelangan tanganku, sembari menunujukkan padanya pukul berapa saat itu.
Lihat!! Sekarang baru jam delapan kurang 15 menit. Kalau bisnya datang pukul 09:00 berarti kita harus menunggu 1 jam lebih lagi, itupun kalau mereka tidak ingkar. Ah… kalau tau begini aku takkan datang terburu-buru. ( kataku kesal ).
1 jam kemudian, bus yang akan kami tumpangi pun datang. Usai berdoa, semua siswa berlomba-lomba menuju bis yang akan kami tumpangi, maklum takut nggak kebagian tempat duduk.
***
Cerpen Remaja, Cerpen, Remaja
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang kami pun tiba di pantai Pa’ba’dilang. Dari kejauhan aku melihat pemandangan yang begitu indah . aku segera berlari-lari kecil meninggalkan teman-teman ku.
Tapi, tiba-tiba kreeeeeeeeek…………………!
Suara aneh itu mengagetkanku, sekaligus membuat langkahku terhenti. Aku menundukkan kepalaku. Kulihat bagian depan sepatuku rusak bagai sobekan kertas dan parahnya aku tidak membawa sandal cadangan. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan saat itu. Aku menyesal tidak mengindahkan nasehat ibuku agar aku membawa beberapa pasang sendal. Dan aku merasa malu, sangat-sangat malu. Ada begitu banyak orang di tempat itu, yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerikku.
Melihat kejadian itu Fita langsung datang menghampiriku.
Ada apa ??? ( Tanya Fita )
Bagian depan sepatuku rusak ( kataku dengan volume suara kecil sembari menunjukkannya pada Refita ). Kamu duluan saja nanti teman-teman kita curiga ( lanjut ku ).
Cerpen Remaja  | PANGERAN TAK BERKUDA | Baiklah aku duluan yah… ( katanya kemudian berlalu pergi ).
Aku berfikir sejenak. Lalu kulepaskan kedua sepatuku dan berjalan ke arah pantai. Dari dekat, aku takjub melihat lukisan alam yang sangat indah. Pantainya yang berwarna putih. Batuan kerikilnya, bagaikan mutiara yang berkilauan ketika di timpa sinar matahari. Air lautnya yang jernih berwarna biru kehijau-hijauan, plus udaranya yang sejuk dan masih segar, semakin menambah keindahan dan keeksotisan pantai Pa’ba’dilang. Tapi sayang, aku hanya bisa menikmati pemandangan di sekitar pantai. Padahal aku ingin sekali mengelilingi tempat itu bersama teman-temanku yang lain.

Setelah praktek berenang, aku mengambil tempat di pinggir pantai. Rasanya nyaman sekali. Aku bisa merasakan sejuknya udara pantai yang masuk ke tubuh ku. Dan segarnya angin sepoi-sepoi yang membuat rambutku berterbangan. Tapi, tetap saja, hatiku masih galau, jika memikirkan sepatuku yang rusak. Aku sudah mencoba melem kedua bagian yang rusak tapi tetap saja tidak bisa.
Sebentar pulangnya aku pake apa?
Masa’ aku harus jalan tanpa alas kaki?
Kan malu diliatin orang-orang!!!!
Pertanyaan itu selalu muncul di benakku hingga membuatku tidak betah.
Namun rasa itu hilang, ketika seorang pria berdiri di hadapanku. Tentu saja aku mengenalnya, dia adalah pria yang sedang kutaksir sejak awal panaikan kelas IX. Dan dia adalah pria pertama yang mampu membuat jantungku berdebar kencang ketika berada di dekatnya. Dia tampan, cerdas, dan juga baik hati.
Ini kau lebih membutuhkannya dari pada aku ( katanya sambil menyerahkan sepasang sendal ).
Aku jadi heran darimana dia tahu kalau aku sedang bingung mencari sendal.
Oh… tidak usah makasih ( jawabku menolak ).
Ayolah pakai saja, gak usah malu… aku ikhlas kok.
Tidak, makasih. ( jawabku singkat )
Baiklah, kalau kamu tidak mau memakainya, aku juga tidak akan memakainya ( katanya dengan nada bergurau )
Ngomong-ngomong kenapa kamu ada disini? ( tanyanya kemudian )
Aku lagi praktek berenang bersama teman-temanku. Kalau kamu kenapa bisa berada di sini?
Aku lagi mengisi waktu libur sama teman-temanku. Tapi kok jauh banget praktek berenangnya? Emangnya nggak ada tempat lain?
Em… yah.. hitung-hitung sekalian rekreasi,,, menikmati pemandangan alam.
Oh.. Bagaimana kalau kita main tebak-tebakan? ( katanya menantang)
Boleh… siapa takut! ( sahutku balik menantang )
hujan!!! ( katanya memberi soal pertama )
Hujan jika terlalu deras bisa membanjiri dunia, jika tak ada hujan maka bumi bisa kekeringan dan takkan ada pelangi di langit. ( jawabku )
Sekarang giliran Kamu juga, angin!!!
Cinta itu seperti angin, jika menghirup terlalu banyak bisa kemasukan angin, jika terlalu sedikit bisa kekurangan oksigen, jadi pada intinya cintailah seseorang dengan biasa-biasa saja, jangan terlalu berlebihan. ( jawab pria berkulit putih itu )
Gimana kalau Ombak!!!
Cinta juga seperti ombak jika terlalu besar bisa menenggelamkan kita, tapi laut tanpa ombak akan kelihatan mati, seperti manusia tanpa cinta tak berbeda dengan mayat hidup. ( kataku penuh percaya diri )
Bagaimana dengan pelangi ( kataku memberi pertanyaan )
pelangi………
Aku gak tau ( jawabnya )
Berarti aku dong pemenangnya……
Emangnya kamu tau jawabannya apa??? ( Tanyanya kemudian )
Pelangi akan muncul setelah adanya hujan. Pelangi takkan muncul kalau tak ada hujan. Seperti manusia takkan mendapat hikmah sebelum melalui masalah yang berat.
Wah.. hebat! Sepertinya kamu berbakat jadi penyair. ( kata pria lugu itu sambil mengacungkan kedua jempolnya )
Andai kau tau, bagiku ketampananmu adalah hujan, yang selalu mencipta pelangi di mataku. ( kataku dalam hati )
Lalu Ia tersenyum padaku, hingga membuatku salah tingkah. Kami sama-sama diam tidak tau akan berkata apa lagi. Untunglah teman-temanku segera datang dan memecah kesunyian di antara kami. Mereka mengajakku untuk berenang dan berfoto bersama.
mmm………… aku duluan yah.. ( kataku padanya )
kemudian pergi mengikuti langkah teman-temanku yang sudah berada beberapa meter di depanku. Dalam benakku tercipta sebuah puisi berjudul “ pangeran impian “
dialah pangeranku
pangeran yang akan menjadi raja
di kerajaan cintaku
dialah pangeranku
bintang bersinar
yang akan selalu bersinar sepanjang masa
dialah pangeran
yang menguasai hati
jiwa dan fikiranku
dialah pangeran
dan akan tetap menjadi pangeran di hatiku
selalu untuk selamanya
Satu jam kemudian, guru pembimbing kami mengisyaratkan kami untuk segera berganti pakaian, dan pulang. Aku selalu berharap hari itu dapat terulang kembali dan jika itu terjadi aku berjanji akan membawa tiga pasang sandal bahkan lebih.
***

Setahun kemudian, tepatnya Minggu, 18 Maret, 2012.
Aku kembali mengunjungi tempat itu, dalam rangka penelitian di Tajuiya sekaligus rekreasi. Seperti janjiku setahun yang lalu, aku membawa tiga pasang sendal.
Dari dekat aku melihat pemandangan yang begitu indah. Tak ada yang berubah dari tempat itu, kebersihannya, keasriannya, keindahannya, tetap terjaga seperti dulu. ah… aku selalu merindukan masa-masa itu.
Hanya saja……… Ia sudah tidak berada di tempat itu. Yah.. dia telah pergi mengejar mimpinya di kota lain. Tapi, meski demikian aku akan tetap menunggunya kembali. Karena Ia telah berjanji padaku untuk kembali dengan membawa sejuta mimpi dan asa. Selamat berjuang pangeranku, aku akan tetap menantimu. ( kataku lirih ).
Aku mengambil tempat di pinggir pantai sambil berteduh di bawah pohon. Aku lalu mengambil secarik kertas dan sebuah pulpen dari tasku. Di atas kertas putih itu kutuangkan kerinduanku lewat sebuah puisi yang berjudul “ kerinduan “
Kerinduan
Inginku menatapnya walau hanya sekejap
Namun itu hanyalah mimpi belaka
Dia takkan kembali untukku
Inilah takdir yang harus ku terima

Akankah sosok itu kembali menyapaku?
Resah hatiku
Tiap memikirkannya
Ingin rasanya bertemu dengannya
Ketika kurasakan sayup-sayup
Angin membelai lembut wajahku, namun meski tak bertemu dengannya

Senyum manisnya yang menawan
Akan selalu kukenang di hatiku dan
Raut wajahnya yang tampan kan tetap menjadi
Impian di hatiku
end Cerpen Remaja  | PANGERAN TAK BERKUDA
PROFIL PENULIS
Nama : Andini Nurul Aulia
Alamat : lembang mate'ne benteng Selayar
Nama facebook : andini nurul aulia
Sekolah : SMA Negeri 1 Benteng

Baca juga Cerpen Remaja yang lainnya.

Ditulis Oleh : Unknown Hari: 11:40 PM Kategori:

0 comments:

Post a Comment