BOHONG
Cerpen Nadya Irna Lestari
Dini , menatap kedua sahabatnya dengan penuh harap , matanya yang besar dan segar berbinar-binar tanda semangat. “jadiiiii....”ucapnya menatap kedua sahabatnya Anggi dan Saska.
“hmmhh.”ucap Anggi malas-malas gadis remaja itu membersihkan roknya yang tidak kotor tanda bahwa ia sedang bimbang.
“ya mau gimana lagi kalau kamu maksa.”balas Saska dengan tidak ikhlas.
“asiiiiikkk , yippiii, yippiii.”nyanyi Dini sembari menari-nari gak jelas.
“aku janji gak akan ngecewain kalian lagi, bener deh . sueeerrr.”
“iya-iya, inget tuh sama janji.”ucap Anggi
“siiiip.”balas Dini tersenyum penuh kemenangan.
****
Din, elu dimana?ini udah jam 11 malem , nyokap lu nyariin tuh.
Dini membuka sms dari Saska
Din, bls dong sms gue. Ah elu payah ingkar janji mulu
Sekarang sms itu dari Anggi, sudah limabelas kali dia mengirim sms
“kamu smsan terus sayang, matiin donk hpnya aku kan bete.”ucap Dimas
“pulang yuk Dim, udah malem aku takut Mama nyariin aku.”jawab Dini sambil meremas lengannya Dimas, gadis berambut ikal itu tampak lucu dengan rambut ikalnya yang bergoyang-goyang.
“karena udah malem jadi kita nginep disini dulu ya, besok pagi aku antar kamu pulang. Kamu maukan? Daripada kita celaka, apalagi daerah jembatan itu gelap banget yank.”ucap Dimas membujuk sambil mengusap-usap kepala Dini.
“aahh,kamu gitu mana janji kamu Dim.”ucap Dini kesal.
“sabar Andini, mau kamu apa sih?ga pengertian banget jadi cewe.”ucap Dimas kesal.
“au ah, ga peduli aku.”sahut Dini ketus.
“ahh,”Dimas lalu menampar pipi Dini, plakkkk.......
“JANGAN MANCING EMOSI AKU ANDINI.”ucap Dimas setengah berteriak , takut kalau teman-temannya mendengar suaranya.
“iya Dim.”ucap Dini mengangguk sembari sesenggukan.
“kalau sekali-lagi aku dengar kamu minta pulang, aku robek mulut kamu.”ujar Dimas dengan wajah memerah.
Dini , menatap kedua sahabatnya dengan penuh harap , matanya yang besar dan segar berbinar-binar tanda semangat. “jadiiiii....”ucapnya menatap kedua sahabatnya Anggi dan Saska.
“hmmhh.”ucap Anggi malas-malas gadis remaja itu membersihkan roknya yang tidak kotor tanda bahwa ia sedang bimbang.
“ya mau gimana lagi kalau kamu maksa.”balas Saska dengan tidak ikhlas.
“asiiiiikkk , yippiii, yippiii.”nyanyi Dini sembari menari-nari gak jelas.
“aku janji gak akan ngecewain kalian lagi, bener deh . sueeerrr.”
“iya-iya, inget tuh sama janji.”ucap Anggi
“siiiip.”balas Dini tersenyum penuh kemenangan.
****
Din, elu dimana?ini udah jam 11 malem , nyokap lu nyariin tuh.
Dini membuka sms dari Saska
Din, bls dong sms gue. Ah elu payah ingkar janji mulu
Sekarang sms itu dari Anggi, sudah limabelas kali dia mengirim sms
“kamu smsan terus sayang, matiin donk hpnya aku kan bete.”ucap Dimas
“pulang yuk Dim, udah malem aku takut Mama nyariin aku.”jawab Dini sambil meremas lengannya Dimas, gadis berambut ikal itu tampak lucu dengan rambut ikalnya yang bergoyang-goyang.
“karena udah malem jadi kita nginep disini dulu ya, besok pagi aku antar kamu pulang. Kamu maukan? Daripada kita celaka, apalagi daerah jembatan itu gelap banget yank.”ucap Dimas membujuk sambil mengusap-usap kepala Dini.
“aahh,kamu gitu mana janji kamu Dim.”ucap Dini kesal.
“sabar Andini, mau kamu apa sih?ga pengertian banget jadi cewe.”ucap Dimas kesal.
“au ah, ga peduli aku.”sahut Dini ketus.
“ahh,”Dimas lalu menampar pipi Dini, plakkkk.......
“JANGAN MANCING EMOSI AKU ANDINI.”ucap Dimas setengah berteriak , takut kalau teman-temannya mendengar suaranya.
“iya Dim.”ucap Dini mengangguk sembari sesenggukan.
“kalau sekali-lagi aku dengar kamu minta pulang, aku robek mulut kamu.”ujar Dimas dengan wajah memerah.
Dini membuka matanya, dia melihat jam tangan. Sudah jam empat pagirupanya.
dia lalu membuka pintu menuju kamarnya Dimas, sepi.... mungkin teman-temannya Dimas sudah pulang. Berarti dirumah ini hanya ada dia, Dimas, dan mbak Tiwi kakaknya Dimas.
“Dim....Dimas.....”ucap Dini sambil mengetuk kamarnya Dimas.
“apa sayang , kok pagi banget bangunnya?emang mau pulang jam berapa?”balas Dimas sambil mengusap-usap rambutnya dari belakang, sepertinya dia dari dapur, pantas tak ada dikamar.
“iya, Dim. Habis subuh kita pulang.”sahut Dini menunduk untuk menyembunyikan wajah lebam di pipinya.
“oh, yaudah berarti aku mandi sekarang ya sayang. Maafin aku ya sayang nanti sebelum pulang kita kerumah sakit dulu ya. Aku benar-benar menyesal.”ucap Dimas , sorot matanya menunjukan rasa bersalahnya yang teramat dalam.
“gak usah, pakai es batu juga sembuh, yang penting kita pulang dulu.”
“gak bisa sayang, nanti mama kamu nanyain.”
“iya wajar kalau mama aku nanyain.
“nanti kalau ditanya, kamu jawab apa?
“ditampar kamu.”sahut Dini asal, dia masih kesal dengan kejadian semalam.
“kok kamu gitu Din,nanti mama kamu makin gak suka sama hubungan kita.”
“ya iyalah, gimana mau suka. Kamunya aja begitu, nampar aku mulu, marahin aku mulu. Udah sering aku maafin kamu, tapi kamu gak pernah berubah.”ucap Dini kesal, air mata berurai di wajahnya yang bening berseri-seri, dia semakin cantik bila menangis.
“aku janji Andini Maharani, aku akan berubah.”ucap Dimas sambil mengusap air mata Dini dengan kedua tangannya.
****
“Saskaaaaaaaaaa, Anggiiiiiiiii.”ucap Dini seraya melambaikan tanganya agar terlihat oleh dua sahabatnya, gadis itu melompat-lompat penuh semangat, kedua sahabatnya yang berniat ingin mendiamkannya, kini urung dengan niatnya.
Dini lalu menghampiri mereka dengan setengah berlari, “maaf banget ya masalah kemarin , aku udah ingkar janji sama kalian, aku mohon maafin aku ya?aku menyesal.”ucap Dini lagi-lagi matanya berbinar penuh harapan, benar-benar mata cantik yang mempesona.
“tumben bahasa lu sopan.”ucap Saska penuh sarkasme.
“udah dong jangan begitu.”bujuk Dini.
“iya, gimana malem minggu?kenyang gak?”Tanya Anggi pedas.
“ah, gue di tampar lagi.”ucap Dini polos.
“emang lu aja yang bego, mau aja sama psikopat model kampung.”sahut Saska.
Dini terdiam, dalam hati dia merasa bahwa kedua sahabatnya cocok untuk jadi kritikus tulen.
“tenag aja , gue udah mau putusin dia kok.”ucap Dini.
“alahhh, nanti juga lu balik lagi kepelukannya dia.”balas Saska.
“sas, gue sama dia udah pacaran tiga tahun, gak gampang buat mutusin dia.”sahut Dini , bibir kecilnya bergetar, tanda akan emosi yang telah meluap-luap.
“lu, udah temenan ama kita dari kecil, lu mau pilih mana.”tantang Anggi, jika marah wajahnya menjadi semakin mirip dengan presenter berita ‘Najwa Shihab’.
“gue pilih kalian , tapi gue butuh waktu buat move-on.”
“alaahh basi.”sahut kedua sahabatnya dalam hati.
***
“mereka nyuruh aku mutusin kamu, tapi aku gak mau.”ujar Dini sembari menelpon Dimas.
“kok mereka gitu sih yang , mereka gak suka ya sama aku?”Tanya Dimas.
“suka yang, tapi mereka gak suka kalau kamu kasarin aku.”
“oh, hari jum’at kamu ada acara ga yang?”Tanya Dimas lagi.
“ada yang, mama ngajakin aku kekantornya.”
“yah, ga bisa main dong yang?Dimas agak kecewa.
“maaf sayang.”
Hari Jum’at.......................
“sayang, maaf ya, kamu kekantor mama hari sabtu aja, hari ini mama meeting.”
“iia ma, gak apa-apa kok.”sahut Dini kecewa lalu menutup telponnya, dia menyesal karena menolak ajakannya Dimas.
“Anggi hari ini pergi sama abangnya, Saska lagi apa ya, mungkin dia mau diajak main.”ujar Dini semangat lalu meraih handphonennya.
nomor yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan..............
“huh, gak bisa.”
Dimas sedang apa ya, ucapnya dalam hati lalu menelpon Dimas.
“apa sayang?aku mau main futsal, nanti aku telpon kamu ya?aku sayang kamu mmuuuuaaaccchhh.”ucap Dimas buru-buru lalu mematikan telponnya.
“ahh, Dimas main futsal, aku susul ahh pasti dia senang.”ujar Dini tersenyum.
****
“Dim,,,, ada yang nyariin tuh.”ucap Anto sambil menunjuk keluar lapangan.
“siapa?”Tanya Dimas.
“gak tau.”jawabnya.
“yaudah suruh masuk aja kelapangan.”sahutnya sambil menenggak air mineral.
tiba-tiba Dini sudah muncul di hadapannya, “sayaaaanngg, ada kejutan buat kamu. Aku kira kamu main futsal di tempat biasa,ternyata enggak , aku sampai nelpon mbak Tiwi untuk cari alamatnya, akhirnya ketemu juga, untung kamu belum pulang.”cerocos Dini tanpa henti, namun tiba-tiba dia kaget melihat Anggi yang juga berada disampingnya Dimas.
“Gi, lu bukannya pergi sama abang lu ya? Kok bisa ada disini ? emang tempat les pianonya bang Gilang ya disini?”ucap Dini polos matanya melirik kearah Dimas penuh curiga, penuh tanda Tanya.
“lah Dim, banyak amat cewe lu. Bagi dong satu, daritadi lu mesra-mesraan mulu.”ucap teman-temannya dari ujung lapangan.
mata Dini memerah seketika...............
plakk.....plakk...........
Dini menampar Dimas bolak-balik.
“Dim,maksud lu apa?”
“lu salah paham Din, tadi kita kebetulan ketemu terus.......
“ahh, sial lu , emang lu kira gue bego. Gue tau lu selama ini smsan ama cowo gue, gue sering baca sms dari
dia lalu membuka pintu menuju kamarnya Dimas, sepi.... mungkin teman-temannya Dimas sudah pulang. Berarti dirumah ini hanya ada dia, Dimas, dan mbak Tiwi kakaknya Dimas.
“Dim....Dimas.....”ucap Dini sambil mengetuk kamarnya Dimas.
“apa sayang , kok pagi banget bangunnya?emang mau pulang jam berapa?”balas Dimas sambil mengusap-usap rambutnya dari belakang, sepertinya dia dari dapur, pantas tak ada dikamar.
“iya, Dim. Habis subuh kita pulang.”sahut Dini menunduk untuk menyembunyikan wajah lebam di pipinya.
“oh, yaudah berarti aku mandi sekarang ya sayang. Maafin aku ya sayang nanti sebelum pulang kita kerumah sakit dulu ya. Aku benar-benar menyesal.”ucap Dimas , sorot matanya menunjukan rasa bersalahnya yang teramat dalam.
“gak usah, pakai es batu juga sembuh, yang penting kita pulang dulu.”
“gak bisa sayang, nanti mama kamu nanyain.”
“iya wajar kalau mama aku nanyain.
“nanti kalau ditanya, kamu jawab apa?
“ditampar kamu.”sahut Dini asal, dia masih kesal dengan kejadian semalam.
“kok kamu gitu Din,nanti mama kamu makin gak suka sama hubungan kita.”
“ya iyalah, gimana mau suka. Kamunya aja begitu, nampar aku mulu, marahin aku mulu. Udah sering aku maafin kamu, tapi kamu gak pernah berubah.”ucap Dini kesal, air mata berurai di wajahnya yang bening berseri-seri, dia semakin cantik bila menangis.
“aku janji Andini Maharani, aku akan berubah.”ucap Dimas sambil mengusap air mata Dini dengan kedua tangannya.
****
“Saskaaaaaaaaaa, Anggiiiiiiiii.”ucap Dini seraya melambaikan tanganya agar terlihat oleh dua sahabatnya, gadis itu melompat-lompat penuh semangat, kedua sahabatnya yang berniat ingin mendiamkannya, kini urung dengan niatnya.
Dini lalu menghampiri mereka dengan setengah berlari, “maaf banget ya masalah kemarin , aku udah ingkar janji sama kalian, aku mohon maafin aku ya?aku menyesal.”ucap Dini lagi-lagi matanya berbinar penuh harapan, benar-benar mata cantik yang mempesona.
“tumben bahasa lu sopan.”ucap Saska penuh sarkasme.
“udah dong jangan begitu.”bujuk Dini.
“iya, gimana malem minggu?kenyang gak?”Tanya Anggi pedas.
“ah, gue di tampar lagi.”ucap Dini polos.
“emang lu aja yang bego, mau aja sama psikopat model kampung.”sahut Saska.
Dini terdiam, dalam hati dia merasa bahwa kedua sahabatnya cocok untuk jadi kritikus tulen.
“tenag aja , gue udah mau putusin dia kok.”ucap Dini.
“alahhh, nanti juga lu balik lagi kepelukannya dia.”balas Saska.
“sas, gue sama dia udah pacaran tiga tahun, gak gampang buat mutusin dia.”sahut Dini , bibir kecilnya bergetar, tanda akan emosi yang telah meluap-luap.
“lu, udah temenan ama kita dari kecil, lu mau pilih mana.”tantang Anggi, jika marah wajahnya menjadi semakin mirip dengan presenter berita ‘Najwa Shihab’.
“gue pilih kalian , tapi gue butuh waktu buat move-on.”
“alaahh basi.”sahut kedua sahabatnya dalam hati.
***
“mereka nyuruh aku mutusin kamu, tapi aku gak mau.”ujar Dini sembari menelpon Dimas.
“kok mereka gitu sih yang , mereka gak suka ya sama aku?”Tanya Dimas.
“suka yang, tapi mereka gak suka kalau kamu kasarin aku.”
“oh, hari jum’at kamu ada acara ga yang?”Tanya Dimas lagi.
“ada yang, mama ngajakin aku kekantornya.”
“yah, ga bisa main dong yang?Dimas agak kecewa.
“maaf sayang.”
Hari Jum’at.......................
“sayang, maaf ya, kamu kekantor mama hari sabtu aja, hari ini mama meeting.”
“iia ma, gak apa-apa kok.”sahut Dini kecewa lalu menutup telponnya, dia menyesal karena menolak ajakannya Dimas.
“Anggi hari ini pergi sama abangnya, Saska lagi apa ya, mungkin dia mau diajak main.”ujar Dini semangat lalu meraih handphonennya.
nomor yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan..............
“huh, gak bisa.”
Dimas sedang apa ya, ucapnya dalam hati lalu menelpon Dimas.
“apa sayang?aku mau main futsal, nanti aku telpon kamu ya?aku sayang kamu mmuuuuaaaccchhh.”ucap Dimas buru-buru lalu mematikan telponnya.
“ahh, Dimas main futsal, aku susul ahh pasti dia senang.”ujar Dini tersenyum.
****
“Dim,,,, ada yang nyariin tuh.”ucap Anto sambil menunjuk keluar lapangan.
“siapa?”Tanya Dimas.
“gak tau.”jawabnya.
“yaudah suruh masuk aja kelapangan.”sahutnya sambil menenggak air mineral.
tiba-tiba Dini sudah muncul di hadapannya, “sayaaaanngg, ada kejutan buat kamu. Aku kira kamu main futsal di tempat biasa,ternyata enggak , aku sampai nelpon mbak Tiwi untuk cari alamatnya, akhirnya ketemu juga, untung kamu belum pulang.”cerocos Dini tanpa henti, namun tiba-tiba dia kaget melihat Anggi yang juga berada disampingnya Dimas.
“Gi, lu bukannya pergi sama abang lu ya? Kok bisa ada disini ? emang tempat les pianonya bang Gilang ya disini?”ucap Dini polos matanya melirik kearah Dimas penuh curiga, penuh tanda Tanya.
“lah Dim, banyak amat cewe lu. Bagi dong satu, daritadi lu mesra-mesraan mulu.”ucap teman-temannya dari ujung lapangan.
mata Dini memerah seketika...............
plakk.....plakk...........
Dini menampar Dimas bolak-balik.
“Dim,maksud lu apa?”
“lu salah paham Din, tadi kita kebetulan ketemu terus.......
“ahh, sial lu , emang lu kira gue bego. Gue tau lu selama ini smsan ama cowo gue, gue sering baca sms dari
Dimas ke elu, tapi gue diem aja. Gue mau cari bukti dulu, gue gak mau langsung nuduh.”
“Din, gue khilaf, gue janji.........
“udah , udah, makasih Dim karena selama tiga tahun lu udah aniaya gue terus, mampus aja lu Dim, karena udah nyakitin gue, lu juga Gi , ngaku mah sahabat, sok peduli , sok perhatian , ternyata lu menggunting dalam lipatan.”
“Dini.”Dimas menarik tangannya ingin memeluknya.
“alahh, bhulshit lu.”ucap Dini melepaskan tangannya.
“lu bilang gue itu peri , I’m fairy for you . ternyata bukan , tiga tahun ternyata cuma sampai disini.”ujar Dini lalu pergi.
Dimas memandangnya namun tak mengejarnya, dia lebih memilih Anggi . orang yang telah empat tahun bersamanya, Anggi... orang yang menyuruhnya berpacaran dengan Dini karena tak ingin Dini sakit lagi seperti tiga tahun lalu karena cintanya ditolak oleh Dimas, Anggi... cinta pertamanya , dan untuk kali ini Anggi pun tak menyuruhnya untuk mengejar atau meminta maaf pada Dini, mungkin Anggi juga telah lelah untuk bersandiwara, dan juga lelah karena harus membagi cinta.
“mungkin memang harus begini jalannya.”ucap Anggi tersenyum kecut, rambut panjangnya yang digerai berterbangan tertiup angin.
“ia sayang, kalau nggak aku ga akan bisa putus sama cewe manja itu.”
Anggi tersenyum lalu merangkul Dimas, “besok Dini harus tau yang sebenarnya.”
“iia, besok kita jelasin yang sebenarnya.”ucap Dimas lalu mengacak-ngacak rambut Anggi. Mereka berdua tersenyum penuh kebahagiaan.
“Din, gue khilaf, gue janji.........
“udah , udah, makasih Dim karena selama tiga tahun lu udah aniaya gue terus, mampus aja lu Dim, karena udah nyakitin gue, lu juga Gi , ngaku mah sahabat, sok peduli , sok perhatian , ternyata lu menggunting dalam lipatan.”
“Dini.”Dimas menarik tangannya ingin memeluknya.
“alahh, bhulshit lu.”ucap Dini melepaskan tangannya.
“lu bilang gue itu peri , I’m fairy for you . ternyata bukan , tiga tahun ternyata cuma sampai disini.”ujar Dini lalu pergi.
Dimas memandangnya namun tak mengejarnya, dia lebih memilih Anggi . orang yang telah empat tahun bersamanya, Anggi... orang yang menyuruhnya berpacaran dengan Dini karena tak ingin Dini sakit lagi seperti tiga tahun lalu karena cintanya ditolak oleh Dimas, Anggi... cinta pertamanya , dan untuk kali ini Anggi pun tak menyuruhnya untuk mengejar atau meminta maaf pada Dini, mungkin Anggi juga telah lelah untuk bersandiwara, dan juga lelah karena harus membagi cinta.
“mungkin memang harus begini jalannya.”ucap Anggi tersenyum kecut, rambut panjangnya yang digerai berterbangan tertiup angin.
“ia sayang, kalau nggak aku ga akan bisa putus sama cewe manja itu.”
Anggi tersenyum lalu merangkul Dimas, “besok Dini harus tau yang sebenarnya.”
“iia, besok kita jelasin yang sebenarnya.”ucap Dimas lalu mengacak-ngacak rambut Anggi. Mereka berdua tersenyum penuh kebahagiaan.
PROFIL PENULIS
_be your self_
Jakarta, 120295
Add Me
fb... Nhadya Victoriasyaalalah
Jakarta, 120295
Add Me
fb... Nhadya Victoriasyaalalah
Baca juga Cerpen Cinta dan Cerpen Remaja yang lainnya.
0 comments:
Post a Comment