I'LL BE WAITING YOU
Oleh Estie sulistyowati
Aku berjalan beriringan dengan Melky di koridor sekolah. Suasana siang itu telah sepi. Semua anak-anak sudah pulang ke rumah masing-masing. Tidak ada siapaun di koridor sekolah kecuali aku dan Melky. Tak ada pembicaraan apapun yang keluar dari mulut kami. Dan suasana itulah yang membuat koridor bertambah sepi. Perlahan langkahku terhenti dan aku menarik nafas panjang.
“ Melky…” panggilku pada Melky yang sudah berjalan cukup jauh didepanku. Lalu langkahnya terhenti dan ia menatapku.
“ ada apa?” tanyanya. Lagi-lagi aku menarik nafas panjang dan aku menunduk. Debaran jantungku keras sekali.
“ aku.. akuu suka padamu” ucapan itu begitu saja terlontar dari mulutku. Aku tak berani menatap wajah Melky. Ucapanku malah membuat keheningan di antara aku dan Melky. Debaran jantungku yang keras, sudah mulai bisa terkontrol sekarang. Melky menghampriku dan menggenggam lembut jemariku. Ia menunduk.
“ maaf, ini terlalu cepat untukku. Maaf aku…” ucapannya terhenti.
“ ah.. tidak…tidaak.. tidaak masalah buatku, sekalipun kau tidak menyukai aku. Aku akan tetap menunggumu. Kapanpun itu” potongku. Aku berusaha tersenyum di depan wajahnya. Dia menatapku. Aku melepas genggaman tangannya yang mengendur. Perlahan aku mundur dan berlari dari hadapannya. Aku tidak bisa lagi membendung airmataku ini. Air mata ini jatuh begitu saja. Perasaanku benar-benar terluka rasanya sakit sekali. Beginikah rasanya patah hati? Aku terus berlari dan berlari mencoba menghapus segala rasa sakit ini
********
Melky, dia adalah teman sekelasku dan anak laki-laki yang sangat aku sukai sejak pertama aku melihatnya. Aku jatuh cinta padanya dimulai dari tatapan matanya. Tatapan itu selalu membuat aku mengingat-ingat dan terbayang akan sosoknya. Tatapan itu membuat sosok itu masuk ke alam mimpiku. Mata yang tak pernah bosan setiap hari kuatatap. Ini sudah setengah tahun aku memendam perasaan itu sebelum 2 minggu yang lalu aku mengungkapkannya. Manurutku aku gila, gila karena aku perempuan dan begitu saja bisa mengungkapkan segala perasaan. Kini ia tak pernah lagi mengajak aku untuk mengobrol. Dan tak pernah lagi ia menyapaku seperti dulu. Aku tahu itu menyakitkan buatku. Tapi entah kenapa aku tak akan bisa bila aku mebencinya. Aku terlalu menyukainya. Andai dia bisa bersikap biasa seolah tidak terjadi apa-apa antara aku dan dia, pasti aku bisa menghapus rasa kecewa didalam hatiku. Aku terus saja melamun disepanjang pelajaran. Hingga ada sebuah suara yang membangunkan lamunanku.
“ FELISIAAA!!” terdengar teriakan yang tak asing lagi bagiku, suara Bu Somi guru fisika yang terkenal galak dan disiplin.
“ ah iya bu” sahutku. Serentak anak-anak dalam kelas tertawa. Hanya ada satu orang yang tidak tertawa, Melky. Dia menatapku, beberapa detik kami saling bertatap. Tatapan itu dingin, tatapan ituseperti tidak peduli padaku. Ia focus lagi pada bukunya. Aku menunduk,sedih.
“ Keluar dari kelas saya sekarang, saya tidak suka bila ada murid saya yang tidak Fokus mengikuti pelajaran saya” bentaknya. Aku langsung bangkit dari tempat duduk. Berjalan menunduk dengan langkah gontai. Mata anak-anak dikelas melihatku namun aku tak ambil peduli. Kini aku sudah berada di luar kelas. Aku menyenderkan tubuhku pada dinding. Aku langsung terduduk lemas.wajahku kututup dengan tanganku dan menyender pada lututku. Air mataku jatuh begitu saja. Perasaan ini begitu menyakitkan buatku. Mata itu, mata yang dulu menatapku kini tak pernah lagi menatapku. Aku kehilangan mata itu. Aku rindu sekali mata itu. Mata yang bisa membuatku tenang untuk saat ini
*****
Satu tahun terasa begitu cepat untukku. Namun perasaanku untuknya masih sama dan tak akan pernah berubah sedikitpun. Dalam diam aku tetap menyimpan perasaan ini. Tuhan baik sekali padaku. Aku diberi kesempatan untuk tetap bisa melihat mata itu. Mata yang sudah tidak peduli padaku. Bahkan ia tetap saja tak mau bicara padaku. Aku sekelas lagi dengannya. Pagi ini, Abdul teman sekalasku datang menghampiriku dan mengajakku ke belakang sekolah. Aku mengikutinya karena ia menarik tanganku.
“ Felisia, aku suka padamu” ucapan abdul pagi ini mengejutkanku. Aku tak pernah tahu kalau abdul sering memperhatikanku. Aku tidak pernah tahu karena aku hanya ingin tahu tentang melky. Ya hanya Melky. Aku tersenyum padanya.
“ maafkan aku Abdul, aku sudah begitu menyukai seseorang. Bukan maksudku untuk mengecewakanmu tapi aku takut membuatmu terluka bila aku menerimamu. Maafkan aku tidak bisa membalas perasaanmu. Tapi kita masih bisa berteman kok” ujarku padanya. Dia tersenyum padaku. Dan mengangguk. Dia berlalu dari hadapanku. Aku segera berjalan juga mengikuti langkahnya. Tiba-tiba aku melihat Melky di sana. Ia menatapku dan segera berlalu. Apa maksudnya?
Jam sepertinya cepat berlalu. Pelajaran olahraga pun telah selesai. Aku masih didalam ruang olahraga untuk memakai sepatuku. Aku sendirian. Namun aku mendengar suara dari balik loker ini. Aku mendengarkan baik-baik suara itu. Suara yang sudah tidak asing untukku. Itu suara Melky dan Abdul.
“ apa maksudmu tadi mengintip aku dan dia dibelakang sekolah? Bukannya kau bilang bahwa kau tidak menyukainya?” suara Absul terdengar jelas di telingaku. Akupun tidak mendengar jawaban Melky.
“ lalu kenapa sampai sekarang kau tidak mengajak Felisia bicara?” lagi-lagi suara Abdul yang terdengar. Dan aku mendengar ia mengucap namaku. Aku berjalan perlahan-lahan mengintip mereka dari belakang loker. Perasaanku sudah tidak bisa ku pertahankan lagi. Aku sudah lelah dengan semua ini.
“ itu bukan urusanmu” suara Melky melemah. Tiba-tiba aku sudah berdiri dihadapan mereka. “ tapi ini urusanku” ucapku. Airmataku mengalir begitu saja dihadapan mereka. Mereka hanya diam dan menatapku. Aku sudah tidak sanggup melihat wajah itu. Wajah Melky. Aku berlari meninggalkan mereka tanpa sepatah katapun. Aku terus berlari menaiki tiap-tiap anak tangga. Aku berhenti tepat diatap sekolah yang sepi dan tak ada seorangpun disana. Wajahku kututup dengan tangan dan kusenderkan pada lututku. Aku menangis hebat saat itu. Air mata mengalir deras di kedua pipiku. Bodohnya aku yang selalu menunggunya. Meski aku tahu dia tak akan pernah menyukai aku, aku masih menunggu dan menyimpan segala perasaan ini untuknya. Seketika itu, aku merasa ada seseorang yang meyentuh kepalaku dengan lembut. Aku menatap wajah itu. Ia tersenyum padaku. Tatapan mata dan senyum yang selalu kurindukan. Ia mengulurkan kedua tangannya padaku.
“ bangunlah” pintanya. Aku meraih tangan itu dan segera bangkit berdiri. Aku tepat berdiri di hadapannya. Ia menggenggam tangnku seperti setengah tahun yang lalu.
“ maafkan aku yang dulu telah menolakmu. Ku pikir kau hanya main-main saja saat itu, karena kau sepertinya mudah sekali mngucapkan kata itu” ucapnya. Aku menghapus air mataku. Aku memukul pelan bahunya.
“ dasar bodoh! Mana mungkin aku main-main” ucapku. Kami tertawa disela keheningan. Beberapa saat keheningan itu muncul lagi. Melky menggenggam tanganku lagi.
“ maaf sudah membuatmu menunggu untuk satu tahun lamanyaa…” ucapnya lagi. Aku hanya bisa menatapnya. Dia malah menatapku. Kami saling bertatap. Lama sekali kami bertatap. Mata itu…
“ aku suka kau” ucap Melky lagi. Ucapannya kali itu membuatku terkejut. Air mataku langsung mengalir begitu saja. Aku tidak percaya. Melky maju satu langkah dihadapanku. Aku langsung menunduk. Dan menyenderkan wajahku pada dada Melky. Ia memelukku. Ku fikir ia membenciku. Sekilas Melky berbisik padaku.
“ aku menyesal telah menyakiti perasaanmu, aku diam padamu bukan karena aku benci padamu. Tapi aku ingin meyakinkan hatiku. sejujurnya aku cemburu melihatmu berbicara dengan laki-laki lain, ku harap kau tidak akan menghianati aku” dalam peluknya aku masih menangis. Setelah mendengar penjelasannya aku mengerti dan aku mengangguk. Dalam diam kami, terdapat perasaan yang sama. Angin berhembus lembut menerbangkan tiap-tiap kekecewaan yang dulu menjasi penat di hati. Air mata kebahagiaan ini muncul. Aku bersyukur Tuhan. Karena penantianku kini berujung dengan indah.
“ Melky…” panggilku pada Melky yang sudah berjalan cukup jauh didepanku. Lalu langkahnya terhenti dan ia menatapku.
“ ada apa?” tanyanya. Lagi-lagi aku menarik nafas panjang dan aku menunduk. Debaran jantungku keras sekali.
“ aku.. akuu suka padamu” ucapan itu begitu saja terlontar dari mulutku. Aku tak berani menatap wajah Melky. Ucapanku malah membuat keheningan di antara aku dan Melky. Debaran jantungku yang keras, sudah mulai bisa terkontrol sekarang. Melky menghampriku dan menggenggam lembut jemariku. Ia menunduk.
“ maaf, ini terlalu cepat untukku. Maaf aku…” ucapannya terhenti.
“ ah.. tidak…tidaak.. tidaak masalah buatku, sekalipun kau tidak menyukai aku. Aku akan tetap menunggumu. Kapanpun itu” potongku. Aku berusaha tersenyum di depan wajahnya. Dia menatapku. Aku melepas genggaman tangannya yang mengendur. Perlahan aku mundur dan berlari dari hadapannya. Aku tidak bisa lagi membendung airmataku ini. Air mata ini jatuh begitu saja. Perasaanku benar-benar terluka rasanya sakit sekali. Beginikah rasanya patah hati? Aku terus berlari dan berlari mencoba menghapus segala rasa sakit ini
********
Melky, dia adalah teman sekelasku dan anak laki-laki yang sangat aku sukai sejak pertama aku melihatnya. Aku jatuh cinta padanya dimulai dari tatapan matanya. Tatapan itu selalu membuat aku mengingat-ingat dan terbayang akan sosoknya. Tatapan itu membuat sosok itu masuk ke alam mimpiku. Mata yang tak pernah bosan setiap hari kuatatap. Ini sudah setengah tahun aku memendam perasaan itu sebelum 2 minggu yang lalu aku mengungkapkannya. Manurutku aku gila, gila karena aku perempuan dan begitu saja bisa mengungkapkan segala perasaan. Kini ia tak pernah lagi mengajak aku untuk mengobrol. Dan tak pernah lagi ia menyapaku seperti dulu. Aku tahu itu menyakitkan buatku. Tapi entah kenapa aku tak akan bisa bila aku mebencinya. Aku terlalu menyukainya. Andai dia bisa bersikap biasa seolah tidak terjadi apa-apa antara aku dan dia, pasti aku bisa menghapus rasa kecewa didalam hatiku. Aku terus saja melamun disepanjang pelajaran. Hingga ada sebuah suara yang membangunkan lamunanku.
“ FELISIAAA!!” terdengar teriakan yang tak asing lagi bagiku, suara Bu Somi guru fisika yang terkenal galak dan disiplin.
“ ah iya bu” sahutku. Serentak anak-anak dalam kelas tertawa. Hanya ada satu orang yang tidak tertawa, Melky. Dia menatapku, beberapa detik kami saling bertatap. Tatapan itu dingin, tatapan ituseperti tidak peduli padaku. Ia focus lagi pada bukunya. Aku menunduk,sedih.
“ Keluar dari kelas saya sekarang, saya tidak suka bila ada murid saya yang tidak Fokus mengikuti pelajaran saya” bentaknya. Aku langsung bangkit dari tempat duduk. Berjalan menunduk dengan langkah gontai. Mata anak-anak dikelas melihatku namun aku tak ambil peduli. Kini aku sudah berada di luar kelas. Aku menyenderkan tubuhku pada dinding. Aku langsung terduduk lemas.wajahku kututup dengan tanganku dan menyender pada lututku. Air mataku jatuh begitu saja. Perasaan ini begitu menyakitkan buatku. Mata itu, mata yang dulu menatapku kini tak pernah lagi menatapku. Aku kehilangan mata itu. Aku rindu sekali mata itu. Mata yang bisa membuatku tenang untuk saat ini
*****
Satu tahun terasa begitu cepat untukku. Namun perasaanku untuknya masih sama dan tak akan pernah berubah sedikitpun. Dalam diam aku tetap menyimpan perasaan ini. Tuhan baik sekali padaku. Aku diberi kesempatan untuk tetap bisa melihat mata itu. Mata yang sudah tidak peduli padaku. Bahkan ia tetap saja tak mau bicara padaku. Aku sekelas lagi dengannya. Pagi ini, Abdul teman sekalasku datang menghampiriku dan mengajakku ke belakang sekolah. Aku mengikutinya karena ia menarik tanganku.
“ Felisia, aku suka padamu” ucapan abdul pagi ini mengejutkanku. Aku tak pernah tahu kalau abdul sering memperhatikanku. Aku tidak pernah tahu karena aku hanya ingin tahu tentang melky. Ya hanya Melky. Aku tersenyum padanya.
“ maafkan aku Abdul, aku sudah begitu menyukai seseorang. Bukan maksudku untuk mengecewakanmu tapi aku takut membuatmu terluka bila aku menerimamu. Maafkan aku tidak bisa membalas perasaanmu. Tapi kita masih bisa berteman kok” ujarku padanya. Dia tersenyum padaku. Dan mengangguk. Dia berlalu dari hadapanku. Aku segera berjalan juga mengikuti langkahnya. Tiba-tiba aku melihat Melky di sana. Ia menatapku dan segera berlalu. Apa maksudnya?
Jam sepertinya cepat berlalu. Pelajaran olahraga pun telah selesai. Aku masih didalam ruang olahraga untuk memakai sepatuku. Aku sendirian. Namun aku mendengar suara dari balik loker ini. Aku mendengarkan baik-baik suara itu. Suara yang sudah tidak asing untukku. Itu suara Melky dan Abdul.
“ apa maksudmu tadi mengintip aku dan dia dibelakang sekolah? Bukannya kau bilang bahwa kau tidak menyukainya?” suara Absul terdengar jelas di telingaku. Akupun tidak mendengar jawaban Melky.
“ lalu kenapa sampai sekarang kau tidak mengajak Felisia bicara?” lagi-lagi suara Abdul yang terdengar. Dan aku mendengar ia mengucap namaku. Aku berjalan perlahan-lahan mengintip mereka dari belakang loker. Perasaanku sudah tidak bisa ku pertahankan lagi. Aku sudah lelah dengan semua ini.
“ itu bukan urusanmu” suara Melky melemah. Tiba-tiba aku sudah berdiri dihadapan mereka. “ tapi ini urusanku” ucapku. Airmataku mengalir begitu saja dihadapan mereka. Mereka hanya diam dan menatapku. Aku sudah tidak sanggup melihat wajah itu. Wajah Melky. Aku berlari meninggalkan mereka tanpa sepatah katapun. Aku terus berlari menaiki tiap-tiap anak tangga. Aku berhenti tepat diatap sekolah yang sepi dan tak ada seorangpun disana. Wajahku kututup dengan tangan dan kusenderkan pada lututku. Aku menangis hebat saat itu. Air mata mengalir deras di kedua pipiku. Bodohnya aku yang selalu menunggunya. Meski aku tahu dia tak akan pernah menyukai aku, aku masih menunggu dan menyimpan segala perasaan ini untuknya. Seketika itu, aku merasa ada seseorang yang meyentuh kepalaku dengan lembut. Aku menatap wajah itu. Ia tersenyum padaku. Tatapan mata dan senyum yang selalu kurindukan. Ia mengulurkan kedua tangannya padaku.
“ bangunlah” pintanya. Aku meraih tangan itu dan segera bangkit berdiri. Aku tepat berdiri di hadapannya. Ia menggenggam tangnku seperti setengah tahun yang lalu.
“ maafkan aku yang dulu telah menolakmu. Ku pikir kau hanya main-main saja saat itu, karena kau sepertinya mudah sekali mngucapkan kata itu” ucapnya. Aku menghapus air mataku. Aku memukul pelan bahunya.
“ dasar bodoh! Mana mungkin aku main-main” ucapku. Kami tertawa disela keheningan. Beberapa saat keheningan itu muncul lagi. Melky menggenggam tanganku lagi.
“ maaf sudah membuatmu menunggu untuk satu tahun lamanyaa…” ucapnya lagi. Aku hanya bisa menatapnya. Dia malah menatapku. Kami saling bertatap. Lama sekali kami bertatap. Mata itu…
“ aku suka kau” ucap Melky lagi. Ucapannya kali itu membuatku terkejut. Air mataku langsung mengalir begitu saja. Aku tidak percaya. Melky maju satu langkah dihadapanku. Aku langsung menunduk. Dan menyenderkan wajahku pada dada Melky. Ia memelukku. Ku fikir ia membenciku. Sekilas Melky berbisik padaku.
“ aku menyesal telah menyakiti perasaanmu, aku diam padamu bukan karena aku benci padamu. Tapi aku ingin meyakinkan hatiku. sejujurnya aku cemburu melihatmu berbicara dengan laki-laki lain, ku harap kau tidak akan menghianati aku” dalam peluknya aku masih menangis. Setelah mendengar penjelasannya aku mengerti dan aku mengangguk. Dalam diam kami, terdapat perasaan yang sama. Angin berhembus lembut menerbangkan tiap-tiap kekecewaan yang dulu menjasi penat di hati. Air mata kebahagiaan ini muncul. Aku bersyukur Tuhan. Karena penantianku kini berujung dengan indah.
PROFIL PENULIS
Nama: Estie Sulistyowati
Usia: 17 tahun
Tinggal di: kota tangerang
Facebook: Estie Sulistyowati
Usia: 17 tahun
Tinggal di: kota tangerang
Facebook: Estie Sulistyowati
Baca juga Cerpen Cinta dan Cerpen Romantis yang lainnya.
0 comments:
Post a Comment