THE SIGNS OF THE DREAM #1
Friendly Smile
Karya Avan Cross Lines
Hari yang berat harus aku jalani seorang diri. Tanpa teman, tanpa kekasih, tanpa seorang pun yang mendukungku. Aku lewati hari ini seperti biasanya, jalanan ini seperti biasanya, dan suasana hati yang sama seperti hari-hari yang lainnya. Hampa...
Andai aku bisa tahu apa yang akan terjadi di masa depan, atau dapat kembali ke masa lalu dan memperbaiki kesalahanku pasti sekarang aku tidak seperti ini. Sendirian, kesepian, dan hampa...
Tak ada yang lebih berharga dari persahabatan. Pepatah itu memang benar. Tanpa sahabat, apalah artinya hidup ini. Tapi semua itu telah direnggut dari diriku. Kebahagiaan dan kehangatan dari seorang sahabat, aku tidak pernah lagi merasakan hal itu. Bisa kubayangkan satu persatu orang yang aku sayangi pergi meninggalkanku bersama waktu yang meninggalkanku di kehidupan masa lalu. Sekeras apapun aku mencoba mengimbanginya namun aku tetap tidak bisa mengejar waktu, karena sesungguhnya aku tak mau meninggalkan masa laluku tersebut.
Cerpen Persahabatan |
Menurutku, apalah bedanya kemarin, hari ini, dan esok. Hari-hari berjalan seperti biasanya, membosankan. Kegiatan yang sama harus aku lakukan setiap hari. Sekolah, nonton tv, main komputer, nonton tv, tidur, dan terus berulang-ulang dari hari ke hari. Adapun hari libur selalu aku gunakan untuk menonton televisi.
Aku selalu bertanya pada diriku sendiri, kenapa aku bisa tahan dengan kehidupanku yang seperti ini? Aku sendiripun ragu untuk menjawabnya. Aku ingin sekali lari dari kenyataan, keluar dari kehidupanku yang sekarang ini, menjauh dari diriku yang seperti ini-Cross the Lines, atau seperti yang dikatakan dalam lirik lagu Lenka; I am so tired being me. I wanna be free, I want to be new and different anything i’m not... Tapi, suara hatiku selalu saja mengingatkanku. ’Inilah yang terbaik. Yang terbaik untukku. Kau akan merasa sakit bila lari dari duniamu sekarang. Kau akan merasa sakit bila kau bergaul dan berteman dengan mereka.’
Suara-suara itu selalu mempengaruhi dan pada akhirnya aku tak mampu melakukan apa-apa.
Mungkin benar, aku akan merasa sakit bila berteman dengan mereka. Dikala mereka semua mengkhianatiku aku akan merasa sakit. Tapi, ada kebahagiaan yang bisa aku dapat dari mereka dan itu jauh lebih baik dari pada hidup tanpa masalah, tanpa merasa sakit namun terasa hampa...
Mungkin benar, aku akan merasa sakit bila berteman dengan mereka. Dikala mereka semua mengkhianatiku aku akan merasa sakit. Tapi, ada kebahagiaan yang bisa aku dapat dari mereka dan itu jauh lebih baik dari pada hidup tanpa masalah, tanpa merasa sakit namun terasa hampa...
Siang itu, setelah pulang sekolah aku memutuskan untuk tidur siang. Hal yang tak biasa aku lakukan namun hari itu aku merasa penat, lelah, dan rasanya menyedihkan sekali. Aku selalu terbayang-bayang masa kecilku. Sahabat-sahabat kecilku. Aku selalu membayangkan hal-hal menyenangkan semacam itu. Saat kami tertawa bersama, bercanda, dan merasa bebas tanpa terhalangi oleh sebuah tanggung jawab.
Aku sangat merindukan sahabat kecilku. Aku rindu akan gaya rambutnya, aku rindu akan gaya bicaranya, aku rindu akan wajahnya, senyumannya, dan gelak tawanya. Aku ingin dipeluk olehnya, merasakan kehangatan yang selama ini hilang, aku ingin dia menemaniku agar aku tidak terkurung dalam kesepian ini, dan aku ingin mengatakan bahwa aku benar-benar menyayanginya.
Aku memang tidur. Dengan mata terpejam. Namun, aku dapat mendengar orang-orang bicara, Ibuku mengobrol dengan adiknya, suara riuh rendah tv yang sampai terdengar ke kamarku... Maka sebenarnya tubuhku lah yang tidur bukan pikiranku.
Tiba-tiba seseorang membuka pintu kamarku. Aku memicingkan mataku dan kulihat samar-samar seseorang sedang mengintip dari balik pintu. Aku pikir itu hanyalah sepupuku dan aku pejamkan kembali mataku.
“Dan… Dani!” panggilnya dengan suara merdu. Aku pernah mendengar suara itu sebelumnya dan aku tahu itu bukan suara sepupuku. Itu adalah suara yang telah lama menghilang dari kehidupanku dan sekarang dia muncul kembali.
Tiba-tiba seseorang membuka pintu kamarku. Aku memicingkan mataku dan kulihat samar-samar seseorang sedang mengintip dari balik pintu. Aku pikir itu hanyalah sepupuku dan aku pejamkan kembali mataku.
“Dan… Dani!” panggilnya dengan suara merdu. Aku pernah mendengar suara itu sebelumnya dan aku tahu itu bukan suara sepupuku. Itu adalah suara yang telah lama menghilang dari kehidupanku dan sekarang dia muncul kembali.
Aku membuka mataku. Kulihat seseorang di depanku berdiri tegak sambil tersenyum manis. Senyuman yang jadi bayangan dalam pikiranku. Namun sekali dia tersenyum aku langsung tahu siapa dia. Rambut belah duanya itu adalah inspirasiku. Dia adalah Robi. Ada apakah sebenarnya gerangan sahabat masa kecilku itu datang ke rumahku? Apakah ini mimpi? Atau cuma khayalanku belaka?
Dia datang dengan mengenakan T-shirt bergaris warna-warni, celana panjang motif Abri dan sebuah kemeja kotak-kotak yang ia ikatkan dipinggangnya. Aku tak peduli apakah ini mimpi atau bukan yang jelas saat itu aku sangat senang. Setelah sekian lama aku kesepian, aku memandang dia bagaikan malaikat yang turun dari langit untuk menemaniku, untuk mengobati kesedihanku...
Hari itu kami berbincang-bincang. Saling menceritakan perjalanan hidup kami selama empat tahun tak saling bertemu. Dia mengatakan tujuannya kesini untuk tinggal sementara di rumahku. Dia mendapat pekerjaan yang mengharuskannya bertugas di daerahku.
Aku sangat senang, aku sambut dia dengan tangan terbuka. Dia bercerita padaku bahwa kehidupannya sangat menyenangkan. Dia punya banyak teman dan tidak pernah merasa tidak bahagia sedikitpun. Dan aku balas menceritakan kisahku padanya. Aku melihat dia sangat sedih mendengar ceritaku. Bagaimana seseorang yang normal segalanya tidak bisa mempunyai teman sama sekali?
Dia mengatakan padaku bahwa dia akan menemaniku.
Dia memelukku. “Tenang saja, Dan!. Aku tidak akan menyakiti hatimu…” bisiknya padaku. Kehangatan itu. Kehangatan dari seorang sahabat yang telah lama aku tunggu-tunggu.
Dia masih memelukku erat. Aku tak ingin melepaskannya lagi. Aku tidak ingin kesepian lagi. Aku harap ini bukan mimpi dan jika ini memang benar mimpi, aku tak akan pernah mau terbangun dari mimpiku ini.
Inspirated by mydream. Sabtu, 18 Oktober 2008
Dia memelukku. “Tenang saja, Dan!. Aku tidak akan menyakiti hatimu…” bisiknya padaku. Kehangatan itu. Kehangatan dari seorang sahabat yang telah lama aku tunggu-tunggu.
Dia masih memelukku erat. Aku tak ingin melepaskannya lagi. Aku tidak ingin kesepian lagi. Aku harap ini bukan mimpi dan jika ini memang benar mimpi, aku tak akan pernah mau terbangun dari mimpiku ini.
Inspirated by mydream. Sabtu, 18 Oktober 2008
PROFIL PENULIS
Avans Cross lines
Lahir di bandung 31 maret 1992.
Blog: avanscrosslines.blogspot.com
Fb: Avans 'Dani' Cross Lines
Blog: avanscrosslines.blogspot.com
Fb: Avans 'Dani' Cross Lines
Baca juga Cerpen Persahabatan yang lainnya.
0 comments:
Post a Comment